Monday, September 24, 2012

RUMPUN PSIKOLOGI MENTAL


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Perencanaan pembelajaran termasuk kelompok mata pelajaran proses belajar-mengajar yang membahas prinsip-prinsip dan cara-cara merencanakan pengajaran suatu mata pelajaran atau pokok bahasan tertentu. Secara garis besar, perencanaan pembelajaran mencangkup kegiatan merumuskan tujuan-tujuan apa yang dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang digunakan untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi atau bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikan bahan, serta media atau alat apa yang akan diperluakan untuk mendukung pelaksanaan pengajaran tersebut. untuk dapat melakukan hal terseut, seorang guru harus mengetahui dan menguasai konsep-konsep dasar pembelajaran serta beberapa teori dan prinsip yang mendasari proses belajar-mengajar.
Berikut ini akan dibahas salah satu teori yang berhubungan dengan perencanaan pembelajaran di sekolah, yaitu teori psikologi mental. Dalam rumpun teori psikologi mental, terdapat tiga teori psikologi yang terkenal dan banyak berpengaruh terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, yaitu psikologi daya, psikologi tanggapan, dan psikologi naturalisme romantik. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan ketiga teori tersebut yang dirangkum dari berbagai sumber.
B.       Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai sarana untuk mengetahui beberapa rumpun psikologi mental. Sementara tujuan secara khususnya adalah untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Perencanaan Pembelajaran dengan kode mata kuliah PB0411509.




BAB II
PEMBAHASAN

Rumpun Psikologi Mental
            Rumpun teori ini disebut Psikologi Mental karena menurut pandangan para ahli psikologi, individu atau siswa mempunyai kekuatan atau kemampuan yang bersifat mental atau rohaniah. Dalam rumpun ini ada tiga teori psikologi yang terkenal dan banyak berpengaruh terhadap pelaksanaan pengajaran, yaitu Psikologi Daya, Psikologi Tanggapan, dan Psikologi Naturalisme Romantik.
a.        Psikologi Daya
Psikologi Daya juga disebut Faculty Psychology. Dalam teori psikologi daya, individu atau siswa memiliki sejumlah daya atau kekuatan, seperti daya mengindra, mengenal, mengingat, menanggap, mengkhayal, berpikir, merasakan, menilai, dan berbuat. Daya- daya itu dapat dikembangkan melalui latihan, seperti latihan mengamati benda, gambar, latihan mendengarkan bunyi dan suara, latihan mengingat kata, arti kata, dan letak sesuatu kota dalam peta. Latihan-latihan ini dilakukan melalui berbagai bentuk pengulangan.
Dalam pelajaran pendidikan jasmani atau olahraga, guru-guru banyak menggunakan metode mengajar ini. Guru memberikan latihan secara berulang-ulang, untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berbagai keterampilan seperti: menangkap, melempar, dan memukul bola dalam permainan kasti, loncat tinggi, lompat jauh, lempar lembing, dalam atletik.
Prinsip pembelajaran yang sesuai untuk teori ini adalah prinsip repetisi (pengulangan). Teori psikologi daya berprinsip bahwa daya-daya (mengingat, mengenal, mengkhayal, menilai, dll) yang dimiliki individu atau siswa dapat dikembangkan dengan cara berlatih secara berulang-berulang. Dalam teori ini tidak mengenal prinsip motivasi, pengalaman belajar dan perbedaaan individu karena dianggap tidak relevan.
b.        Psikologi Tanggapan
Psikologi tanggapan disebut juga herbatisme karena pengembangan teori ini adalah seorang ahli psikologi berasal dari Jerman bernama Herbart. Ia menyebut teorinya sebagai teori Vorstellungen, yang dapat diterjemahkan sebagai tanggapan-tanggapan yang tersimpan dalam kesadaran. Setiap pengalaman, apakah yang diterima melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, dibaca, dipikirkan, dilakukan dan sebagainya akan memberikan bekas di dalam kesadaran. Bekas-bekas ini dapat dimunculkan kembali dalam bentuk tanggapan. Ada tiga bentuk tanggapan, yaitu impresi indra, tanggapan atau bayangan dari impresi indra yang lalu, dan perasaan yang menyertai impresi atau tanggapan tersebut, seperti senang atau tidak senang.
Tanggapan-tanggapan tersebut tidak semuanya berada dalam kesadaran, ada kalanya juga berada dalam ketidaksadaran. Tanggapan-tanggapan itu berbeda-beda kekuatannya dan pengaruhnya terhadap kehidupan individu. Kehidupan individu dipengaruhi oleh tanggapan-tanggapan yang paling kuat.
Menurut teori ini, belajar adalah mengusahakan adanya tanggapan sebanyak-banyaknya dan sejelas-jelasnya pada kesadaran individu, yang akan membentuk suatu struktur tanggapan. Tanggapan baru akan mudah diterima dan berada dalam kesadaran seseorang, apabila ada hubungan tanggapan baru tersebut dengan tanggapan-tanggapan yang telah ada, serta karena adanya rasa senang terhadap yang ditanggapinya.
Sebagai contoh, ketika guru ingin menjelaskan tentang materi kepekaan lidah sebagai indera pengecap, maka guru dapat menanyakan makanan-makanan yang memiliki rasa asin, manis, pahit, dan asam untuk memunculkan kembali tanggapan-tanggapan tentang rasa-rasa tersebut (apersepsi). Kemudian, guru bisa membawa contoh makanan yang memiliki berbagai macam rasa dan siswa dapat mencicipinya untuk menunjukkan bagian lidah yang peka. Dengan begitu, setiap kali anak merasakan makanan, ia akan mengingat bagian lidah yang mana yang berfungsi sebagai penerima rasa.
Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai dengan psikologi tanggapan adalah prinsip repetisi (pengulangan), prinsip korelasi, prinsip motivasi, prinsip kesiapan, dan prinsip apersepsi. Kelima prinsip ini dianggap sesuai karena teori psikologi tanggapan berprinsip bahwa dalam menggunakan metode mengajar tanggapan seorang guru harus menyajikan bahan pengajarannya secara sederhana, menarik dan berulang-ulang serta kait-mengait antara yang satu dengan yang lain.
c.         Psikologi Naturalisme Romantik
Teori psikologi naturalisme romantik berassal dari Jean J. Rousseau. Menurut Rousseau anak memiliki potensi atau kekuatan yang masih terpendam, yaitu potensi berpikir, berperasaan, berkemauan, keterampilan, berkembang, mencari dan menemukan sendiri apa yang diperlukannya. Melalui berbagai bentuk kegiatan dan usaha belajar anak mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Berbeda dengan teori-teori lain, menurut Roesseu anak tidak usah terlalu banyak diatur dan diberi, biarkan mereka mencari dan menemukan dirinya sendiri, sebab menurut dia anak dapat berkembang sendiri.
Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai adalah prinsip aktivitas siswa, prinsip perkembangan, prinsip perbedaan individu, prinsip motivasi, prinsip pengalaman langsung, dan prinsip kesiapan. Keenam prinsip ini dianggap sesuai karena teori psikologi naturalime romantik berprinsip bahwa seorang guru dalam menyediakan bahan ajaran harus menarik perhatian dan minat anak, sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, memberi motivasi dan bimbingan sesuai dengan sifat dan kebutuhan anak. Sehingga kegiatan belajar dapat mengaktifkan siswa dan anak dapat berkembang secara optimal.
Konsep- konsep belajar optimal yang mengaktifkan siswa, seperti Cara Siswa Belajar Aktif, Belajar Inkuiri Diskaveri, Pemecahan Masalah, Keterampilan Proses, Belajar Dengan Memanfaatkan Lingkungan, dan sebagai antara lain didasari oleh teori ini. Sebagai contohnya, anak diperintahkan untuk mengamati dan menggambar berbagai jenis kaki binatang yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Guru tinggal bertanya dimana binatang tersebut tinggal atau apa makanannya. Dengan begitu, anak dengan sendirinya dapat menemukan hubungan bentuk kaki binatang dengan habitatnya.











BAB III
KESIMPULAN
Rumpun psikologi mental memandang individu atau siswa mempunyai kekuatan atau kemampuan yang bersifat mental atau rohaniah. Dalam rumpun ini ada tiga teori psikologi yang terkenal, yaitu psikologi daya, psikologi tanggapan, dan psikologi naturalisme romantik. Dalam teori psikologi daya, individu atau siswa memiliki sejumlah daya atau kekuatan. Menurut teori psikologi tanggapan, belajar adalah mengusahakan adanya tanggapan sebanyak-banyaknya dan sejelas-jelasnya pada kesadaran individu. Sedangkan menurut psikologi naturalisme romantik, anak memiliki potensi atau kekuatan yang masih terpendam untuk dapat mengembangkan sendiri potensi tersebut.
                                                                                                              





















DAFTAR PUSTAKA

Azhari. Resume Artikel Pengantar Pengajaran PAI Bab IIIA. Scribd. (Online), (http http://www.scribd.com/doc/52083264/Resume-Bab-III, diakses 22 September 2012).
Ibrahim, R & Syaodih, S. 1996. Perencanaan Pengajaran.Jakarta: Rineka Cipta.
Ihsancolank. 2012. Teori dan Prinsip-Prinsip yang Mendasari Pembelajaan. Blogspot. (Online), (http://ihsancolank.blogspot.com/2012/04/perencanaan-pengajaran.html, diakses 22 September 2012).
Rochman, A. 1993. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta:PT.Tiara Wacana.
Syaiful , Drs. 2002. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Think4think. 2008. Teori dan Prinsip-Prinsip yang Mendasari Pembelajaan. Blogspot. (Online), (http://think4think.blogspot.com/2008/09/teori-dan-prinsip-prinsip-yang.html, diakses 22 September 2012).

RUANG LINGKUP INOVASI PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.” Dengan kata lain, melalui pendidikanlah seseorang memperoleh bekal untuk menjadi manusia seutuhnya sesuai dengan harapan masyarakat.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan bukanlah hal yang mudah. Masih banyak hambatan yang muncul dalam pendidikan di Indonesia saat ini. Masalah utama yang terjadi dalam dunia pendidikan Indonesia antara lain masalah pemerataan, relevansi, efisiensi, serta efektivitas pendidikan. Untuk mengatasi hambatan tersebut, maka perlu adanya peningkatan kualitas pendidikan atau pembelajaran. Peningkatan kualitas tersebut tidak akan dicapai tanda adanya inovasi-inovasi yang dapat menyesuaikan pendidikan dengan tuntutan zaman. Inovasi merupakan suatu siklus yang akan berputar terus-menerus menuju perbaikan. Inovasi dalam bidang pendidikan atau pembelajaran dapat dilakukan oleh semua unsur yang terkait dalam sistem pendidikan.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang inovasi pendidikan atau pembelajaran serta berbagai komponennya, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang ruang lingkup inovasi dalam bidang pendidikan atau pembelajaran.
B.       Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai sarana untuk mengetahui ruang lingkup inovasi dalam bidang pendidikan atau pembelajaran. Sementara tujuan secara khususnya adalah untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Inovasi Pembelajaran dengan kode mata kuliah PB0411304.

BAB II
KAJIAN TEORITIK

A.      Inovasi
Istilah “inovasi” berasal dari bahasa Inggris “innovation” yang biasa diartikan segala hal yang baru atau pembaharuan. Kata “pembaharuan” dalam bahasa Inggris juga sering diterjemahkan menjadi “discovery” dan “invention”. Diskoveri adalah penemuan sesuatu yang sebenarnya sudah ada, tetapi belum diketahui orang. Sedangkan invensi adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru.
“An innovation is an idea for accomplishing some recognition social and in a new way or for a means of accomplishing some social. (Donald P. Ely (1982) dikutip Udin S. Sa’ud, 2008)
Sedangkan Udin S. Sa’ud (2008, 3) berpendapat bahwa inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invensi maupun diskoveri.
Dari beberapa pendapat tersebut, inovasi dapat diartikan sebagai segala perubahan yang baru terhadap suatu hal, baik yang sudah maupun yang belum diketahui orang sebelumnya, yang bertujuan untuk memperbaiki, melengkapi, ataupun mengganti hal tersebut agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.
B.       Pembelajaran
Istilah “pembelajaran” berasal dari terjemahan kata “instruction”. Pembelajaran digunakan untuk menggantikan istilah “mengajar, belajar, dan proses belajar mengajar”. Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”
Berdasakan pengertian tersebut, maka istilah “pembelajaran” merujuk pada serangkaian kegiatan yang memungkinkan terjadinya proses belajar dan mengajar yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi untuk mencapai tujuan tertentu. Karena pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks dimana berbagai komponen pendidikan terlibat di dalamnya, maka sering istilah pembelajaran disamakan dengan istilah pendidikan. Hal tersebut tidak salah sebab untuk mewujudkan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu pembelajaran baik di rumah, di sekolah, maupun dalam lingkungan masyarakat. Meskipun cakupan masalah pendidikan lebih luas dibandingkan masalah pembelajaran, setiap kebijakan yang dibuat berkaitan dengan pendidikan, akan berdampak langsung pada sistem pembelajaran yang ada di dalamnya.
C.      Inovasi Pembelajaran
Inovasi pembelajaran merupakan suatu pembaharuan yang dilakukan dalam bidang pendidikan atau pembelajaran yang diharapkan dapat memperbaiki serta meningkatkan kualitas pendidikan agar sesuai dengan tuntutan zaman. Menurut Udin S. Sa’ud (2008, 6), inovasi pendidikan atau pembelajaran memiliki pengertian sebagai berikut.
1.        “Baru” yang diartikan apa saja yang belum dipahami, diterima, atau dilaksanakan oleh penerima inovasi.
2.        “Kualitatif” berarti inovasi memungkinkan adanya reorganisasi atau pengaturan kembali unsur-unsur dalam pendidikan.
3.        “Hal” yang berarti pada hakikatnya yang diperbaharui adalah ide atau rangkaian ide yang bercorak mental.
4.        “Kesengajaan” yang berarti inovasi harus dilakukan secara terencana, tidak dapat diserahkan menurut cara-cara kebetulan.
5.        “Meningkatkan kemampuan” berarti tujuan utama inovasi adalah meningkatkan kemampuan komponen sistem pendidikan atau pembelajaran.
6.        “Tujuan” artinya tujuan inovasi harus dirinci dengan jelas agar dapat dievaluasi.
Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa inovasi pembelajaran harus dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Karena pendidikan maupun pembelajaran merupakan suatu sistem, maka inovasi pembelajaran juga mencakup komponen atau unsur sistem pembelajaran.




BAB III
PEMBAHASAN

Inovasi pendidikan atau pembelajaran merupakan suatu pembaharuan yang dilakukan terhadap sistem pendidikan. Pembaharuan yang dimaksud bukan hanya sekedar mengganti sesuatu yang lama dengan yang baru, akan tetapi pembaharuan tersebut ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul berkaitan dengan pendidikan seperti belum tercapainya pemerataan pendidikan, rendahnya mutu pendidikan, pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, serta pembelajaran di sekolah yang kurang relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Oleh karena itu, satu-satunya jalan untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan mengadakan inovasi-inovasi pada berbagai komponen pendidikan. Melalui inovasi, akan muncul ide atau gagasan kreatif yang akan mengantarkan pada kemajuan kualitas pendidikan.
Dunia pendidikan atau pembelajaran adalah suatu rangkaian atau sistem yang kompleks karena adanya keterkaitan antara berbagai komponennya. Begitu pula ketika suatu inovasi diterapkan pada sistem pendidikan, maka setiap komponen juga harus siap melakukan penyesuaian. Untuk memahami lebih jauh tentang inovasi pembelajaran, berikut ini akan dibahas berbagai ruang lingkup inovasi dalam bidang pendidikan atau pembelajaran, termasuk di dalamnya keterlibatan unsur-unsur pendidikan dalam menentukan berhasil tidaknya suatu inovasi.
1.        Peserta Didik
Peserta didik merupakan komponen utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran, siswa atau peserta didik memiliki karakter serta kecerdasan atau intelegensia yang berbeda-beda. Pembelajaran yang tepat akan mampu membantu masing-masing peserta didik untuk dapat mengembangkan dan memfasilitasi setiap bakat dan minat peserta didik.
Selama ini, pembelajaran di sekolah-sekolah bersifat monoton dan lebih berpusat pada guru. Akibatnya, peserta didik kurang memiliki ruang untuk mengembangkan bakat dan minatnya. Sistem penilaian juga disamaratakan berdasarkan hasil ujian tanpa mempertimbangkan proses yang dilalui. Dengan kata lain, siswa hanya menjadi objek sistem pembelajaran. Dampak lanjutannya, siswa kurang memiliki bekal keterampilan yang dibutuhkannya dalam kehidupan nyata.
Masalah tersebut berusaha diatasi dengan melibatkan siswa dalam memperbaiki sistem pembelajaran. Sebagai hasilnya, saat ini telah muncul beberapa inovasi pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa seperti pembelajaran kuantum (quantum teaching and learning) dan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning). Dalam inovasi tersebut, anak dianggap sebagai pribadi yang unik yang berhak mengembangkan kemampuan seluas-luasnya. Siswa juga dibimbing menjadi peserta didik yang aktif, kreatif, percaya diri, kritis, dan berani.
Peran peserta didik dalam inovasi  pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya, karena siswa merupakan tujuan utama diadakan berbagai inovasi dalam dunia pendidikan. Mereka bisa berperan sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu selain sebagai penerima inovasi, sebisa mungkin peserta didik diajak untuk terlibat mulai dari perkenalan sampai evaluasinya. Dengan begitu, siswa jugadapat membantu mengurangi resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya.

2.        Guru
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai.
Dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru  mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka sangat mungkin  mereka akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Karena mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan mereka adalah bukan miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan mengganggu ketenangan dan  kelancaran tugas mereka.
Oleh karena itu, dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru  mempunyai peran yang luas sebagai pendidik. Guru yang secara langsung berinteraksi dengan peserta didik harus memiliki ide-ide kreatif dan inovatif dalam merancang, mengembangkan, dam mengelola sistem pembelajaran sehingga guru mampu menciptakan pembelajaran yang efektif dan menggairahkan. Guru juga dapat menerapkan berbagai inovasi dalam bidang pembelajaran seperti melalui pendekatan pembelajaran kontekstual, pembelajaran kompetensi, pembelajaran kuantum, atau dapat juga menggabungkan berbagai pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran sesuai dengan kondisi peserta didik.
Dalam inovasi, guru memiliki beberapa peran, yaitu guru bersikap terbuka dan peka terhadap perubahan dan pembaharuan, guru sebagai agen pembaharuan dalam inovasi pendidikan, dan guru sebagai adopter atau penerima inovasi pendidikan. (Sri Rahayu Chandrawati, 2009)
Menurut Rogers (1983:247 dikutip Sri Rahayu Chandrawati, 2009) terdapat 5 kategori adopter dalam menerima suatu inovasi, yaitu : (1) Inovator,    (2) Pelopor, (3) Pengikut Awal, (4) Pengikut Akhir,  (5) Lagard / Kolot. Inovator yaitu guru berusaha meneliti dan mencoba tiap gagasan baru. Pelopor yaitu guru akan meneliti dahulu sebelum memutuskan untuk melakukan gagasan baru tersebut. Pengikut awal yaitu guru memiliki beberapa pertimbangan dalam menerima gagasan baru, menerima ide setelah beberapa saat anggota sistem sosial menerima ide. Pengikut akhir yaitu guru menerima ide setelah beberapa anggota sistem masyarakat menerima ide, biasanya keputusan menerima dilakukan karena kepentingan ekonomi atau takanan sosial. Sedangkan legard/kolot/tradisional yaitu orang yang terakhir menerima suatu gagasan, memiliki pandangan dan wawasan paling sempit dan biasanya referensinya adalah masa lalu.

3.        Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Jadi, tujuan utama dari sebuah pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik. Tujuan pendidikan tersebut harus menjadi acuan dalam berbagai kebijakan penyelenggaraan pendidikan. Begitu pula dalam mengadakan suatu inovasi, tentu harus berdasarkan tujuan utama yaitu kembali kepada peserta didik.
Selama ini tujuan pendidikan dilandasi oleh pandangan hidup orang tua, lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan, masyarakat dan bangsanya. Tujuan pendidikan diabdikan untuk kebahagiaan individu, keselamatan masyarakat dan kepentingan negara. Seperti diketahui, bahwa kehidupan ini selalu mengalami pergeseran dan peningkatan serta perubahan sesuai dengan waktu, keadaan dan kondisinya. Dengan demikian pandangan dan harapan orang tua terhadap pendidikan sekarang dapat berbeda dengan pandangan orang terhadap pendidikan masa lampau atau waktu yang akan datang. Untuk itulah, perlunya inovasi dalam bidang pendidikan yang dapat mengakomodasi setiap kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap pendidikan di masa yang sekarang maupun yang akan datang. Manusia Indonesia, warga masyarakat dan warga negara harus dipersiapkan sejak anak masih kecil dengan upaya pendidikan.

4.        Kurikulum
             Kurikulum merupakan suatu pedoman yang digunakan dalam pembelajaran yang berupa rancangan atau perencanaan mengenai isi, bahan, dan jalannya proses belajar mengajar. Oleh karena itu, kurikulum dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa  mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pembahruan pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-duanya akan berjalan searah.
Salah satu usaha yang amat besar dalam memperbaharui kurikulum terjadi pada kurun waktu tahun enam puluhan (1960-an). Saat itulah disebut era pembaharuan kurikulum. Pembaharuan kurikulum mencakup semua aspek kurikulum, seperti mata perlajaran, isi atau konten, proses belajar mengajar, metode, pengelolaan waktu yang lebih baik, dan perolehan hasil belajar siswa yang lebih baik. (pidato Prof. Laut, 2008)
Inovasi kurikulum dan pembelajaran dimaksudkan sebagai suatu idea, gagasan atau tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang diangap baru untuk memecahkan masalah pendidikan. Masalah-masalah inovasi kurikulum berkaitan dengan azas relevansi antara bahan pembelajaran dengan kebutuhan siswa, antara kualitas pembelajaran di sekolah dengan pengguna lulusan di lapangan pekerjaan dll. Berkaitan dengan mutu secara kognitif, afektif, dan psikomotorik, sedangkan pemerataan yang berhubungan dengan kesempatan dan peluang, kemudian efisiensi dari segi internal dan eksternal. (Udin S. Sa’ud, 2008: 87)
Beberapa inovasi kurikulum yang telah diterapkan saat ini antara lain adanya kurikulum tingkat satuan pendidikan, kurikulum berbasis kompetensi, kurikulum berbasis masyarakat, dan kurikulum berbasis keterpaduan. Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) telah diterapkan sejak tahun 2006 untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) mulai diterapkan tahun 2004 dan sampai saat ini masih digunakan sebagai kurikulum di perguruan tinggi. Kurikulum berbasis masyarakat diwujudkan dengan adanya muatan lokal. Sedangkan kurikulum berbasis keterpaduan dapat dilihat pada kurikulum sekolah dasar kelas rendah.

5.         Media Pembelajaran
Berbicara mengenai media pembelajaran dalam hal ini adalah alat atau sarana apa saja yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Contohnya buku pegangan murid dan guru. Tanpa buku pegangan, guru akan sangat sulit untuk mengemukakan pelajaran walaupun ia adalah seorang guru, begitu pula dengan seorang murid, informasi yang diperoleh dari seorang guru bisa diperluas dengan informasi dari buku pegangan yang dimilikinya.
  Sebagai akibat dari berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, berkembang pula berbagai media yang dibutuhkan dalam mendukung terwujudnya suatu inovasi. Misalnya saja dalam inovasi pembelajaran e-learning dibutuhkan media seperti komputer dan jaringan internet. Beberapa daerah di Indonesia masih memiliki keterbatasan dalam mengembangkan media pembelajarannya, akibatnya juga akan menghambat inovasi yang akan diterapkan.

6.        Fasilitas Pendidikan
Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembahruan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa  dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembaharuan pendidikan. Oleh karena itu, jika  dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja dan  sebagainya.

7.        Metode dan Teknik Komunikasi
Metode adalah cara yang digunakan dalam suatu proses. Yang dimaksud dalam hal ini tentu saja metode atau teknik yang digunakan dalam pembelajaran. Misalnya pebelajaran dapat dilakukan secara tatap muka maupun pembelajaran jarak jauh. Dengan banyaknya perkembangan teknologi dan komunikasi saat ini sangat menuntut diadakannya inovasi terhadap metode pendidikan yang sebelumnya hanya tatap muka antara guru dan peserta didik mengalami perubahan menjadi beberapa jam antara guru dan murid dalam tatap muka lalu kemudian siswa diberi tugas memanfaatkan berbagai media informasi dan komunikasi untuk membelajarkan diri. Disinilah diadakan pembaharuan terhadap teknik komunikasi atau metode dalam proses belajar mengajar. Sebab hakikat belajar yang sebenarnya bukan hanya terbatas pada interaksi antara guru dan murid, akan tetapi belajar juga dapat dilakukan di luar lingkungan sekolahnya.

8.        Lingkungan Sosial Masyarakat
Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut tetapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam pelaksanaan pembaharuan pendidikan. Masyarakat secara langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan.
Selama ini, hasil keluaran peserta didik dari berbagai daerah di Indonesia dirasa belum sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Banyak peserta didik yang jika dilihat dari segi kognitif memiliki nilai di atas rata-rata, akan tetapi hal itu belum menjamin mereka unggul dalam segi afektif maupun psikomotoris. Kurangnya keterampilan yang dimiliki peserta didik, tentu akan mempersulit mereka dalam menjalani peran di masyarakat. Untuk itulah, pendidikan atau pembelajaran yang dilakukan di sekolah harus disesuaikan dengan keadaan masyarakat dimana sekolah tersebut berada. Dengan begitu, pengetahuan dan keterampilan yang diberikan akan lebih berguna bagi kehidupan peserta didik.
Globalisasi yang terjadi di dunia saat ini juga memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi perkembangan kepribadian peserta. Rasa cinta tanah air dan semangat kebersamaan yang selama ini dijunjung tinggi bangsa Indonesia, semakin lama semakin memudar diantikan oleh budaya-budaya asing yang belum tentu sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia. Untuk itu juga, inovasi pembelajaran yang berbasis budaya perlu juga dikembangkan dalam rangka melestarikan keanekaragaman nusantara.

9.        Hasil Pendidikan
Tujuan diadakan suatu inovasi dalam pendidikan atau pembelajaran adalah untuk meningkatkan mutu dari pendidikan itu sendiri dengan menyempurnakan berbagai komponennya sehingga dapat mengurangi bahkan menghilangkan hambatan dalam sistem pendidikan ataupun pembelajaran. Setiap inovasi yang telah diimplementasikan sudah seharusnya diadakan suatu evaluasi untuk menilai kebermanfaatan inovasi tersebut. dalam inovasi pendidikan, evaluasi dapat dilakukan dengan mengkaji apakah inovasi menghasilkan sesuatu yang diharapkan sebagai perwujudan tujuan inovasi.
            Sebagai contohnya, beberapa inovasi pembelajaran yang dibuat memiliki karakteristik masing-masing yang diharapkan dapat lebih mengakomodasi kebutuhan serta potensi peserta didik sehingga tercapai tujuan pendidikan. Inovasi pembelajaran kuantum dilakukan dengan konsep menata lingkungan belajar yang sesuai dengan cara kerja otak dan cara belajar manusia pada umumnya. Inovasi pembelajaran kompetensi dilakukan berdasarkan pengertian bahwa anak sebelum menerima suatu pengetahuan, telah memiliki sejumlah konsep yang akan membantu mereka memahami apa yang akan dipelajari. Inovasi pembelajaran kontekstual lebih menonjolkan keaktifan siswa dalam melakukan sesuatu sehingga memberikan pengalaman yang berharga yang tidak akan mudah dilupakan oleh siswa. Itu tadi sebagian contoh inovasi dalam pembelajaran yang pada umumnya mengharapkan hasil pendidikan atau pembelajaran yang lebih berkualitas pada peserta didik.
BAB IV
KESIMPULAN

Inovasi pendidikan atau pembelajaran merupakan pembaharuan yang dilakukan dengan tujuan menyempurnakan sistem pendidikan atau pembelajaran serta mengatasi hambatan yang muncul dalam pelaksanaan proses pendidikan atau pembelajaran. Ruang lingkup inovasi pembelajaran meliputi beberapa hal yaitu peserta didik dan guru sebagai komponen utama pembelajaran, tujuan pendidikan yang menjadi landasan diadakannya inovasi, kurikulum sebagai sarana untukmewujudkan inovasi, media pembelajaran yang terus berkembang seiring zaman, fasilitas pendidikan yang menunjang pelaksanaan inovasi, metode dan teknik komunikasi yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, lingkungan sosial masyarakat yang harus dipertimbangkan dalam kebijakan inovasi, serta hasil pendidikan yang akan menjadi dasar untuk menilai keberhasilan inovasi. Dalam melaksanakan suatu inovasi pendidikan atau pembelajaran, seluruh komponen dalam sistem pendidikan atau pembelajaran sedikit banyak juga akan saling mempengaruhi.
















DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Wacana Adhitya.
Chandrawati, Sri Rahayu. 2009. Peranan Guru Dalam Inovasi Pendidikan. Wordpess. (Online), (http://chandrawati.wordpress.com/2009/06/02/peranan-guru-dalam-inovasi-pendidikan/, diakses 15 September 2012).
Laut. 2008. Inovasi Pidato Ilmiah: Kurikulum Pendidikan di Indonesia. Umnaw.com. (Online), (http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1& cad=rja&sqi=2&ved=0CB4QFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.umnaw.com%2FPidato%2520Ilmiah%2520Prof%2520Laut.rtf&ei=1qBWUIu_DYrirAeM04HIDA&usg=AFQjCNGWZYPG1lgXvgENuXpWayjUCGN5Lw&sig2=L4-w2rJHbORgDurXCH1Cig, diakses 15 September 2012).
Nurmiati, Dedeh. 2011. Hakikat Difusi dan Inovasi Pembelajaran (Latar belakang Kehadiran Inovasi dalam Pembelajaran). Blogspot. (Online), (http://dedehnurmiati.blogspot.com/2011/05/hakikat-difusi-inovasi-pembelajaran.html, diakses 15 September 2012).
Rosyanti, Ai Tuti. 2011. Hakikat Difusi dan Inovasi Pembelajaran. Blogspot. (Online), (http://aitutirosyanti.blogspot.com/2011/05/hakikat-difusi-dan-inovasi-pembelajaran.html, diakses 15 September 2012).
Rubiherlan, Yusuf. 2011. Hakikat Difusi dan Inovasi Pembelajaran. Blogspot. (Online), (http://yusufrubiherlan.blogspot.com/2011/06/hakikat-difusi-dan-inovasi-pembelajaran.html, diakses 15 September 2012).
Sa’ud, Udin Syaefrudin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.