Thursday, July 4, 2013

Parafrase "Senja di Pelabuhan Kecil"

SENJA DI PELABUHAN KECIL
Karya Chairil Anwar

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis memepercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air hilang ombak

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap




Parafrase
Dalam bait pertama puisi yang berjudul ”Senja di Pelabuhan Kecil” diatas, penyair mengungkapkan perasaan hatinya yang sedang merasa sedih. Kesedihan tersebut tampak dari kata-kata penyair yang menggambarkan tidak adanya cinta. Cinta merupakan sumber kebahagiaan, akan tetapi penyair sedang tidak merasakan cinta sehingga merasa kesepian. Penyair mengungkapkan suasana hatinya melalui gambaran suasana tepi laut yang dilihatnya. Gudang dan rumah tua menunjukkan tempat yang tidak lagi terurus dan tak berpenghuni dengan tiang dan temali yang berserakan. Keadaan dirinya juga digambarkan melalui kapal dan perahu. Penyair merasa hatinya sedang tidak bergejolak, seperti kapal dan perahu yang sedang tidak berlayar di lautan dan hanya menambatkan diri di tepi laut. Penyair berusaha tegar dalam rasa sedihnya tersebut. Kata-kata yang digunakan penyair juga seperti ingin menghibur diri dalam kesendirian.
Pada bait kedua, penyair lebih memperdalam penggambaran suasana hatinya yang sedang muram. Hati yang muram seperti gerimis yang diliputi mendung. Suasana tersebut sangat cocok mewakili pikiran penyair yang sedang kelam. Penyair mungkin larut dalam suasana tersebut dan tenggelam dalam lamunan. Ia menceritakan adanya burung elang yang biasa mencari ikan di laut. Burung elang tersebut seperti hiburan bagi penyair yang sedang memandang laut. Penyair juga memandang matahari yang tertutup mendung persis seperti hati penyair yang tertutup kesedihan. Matahari yang hampir tenggelam di waktu senja seperti menggambarkan akhir dari suatu kehidupan. Penyair seperti mengungkapkan bahwa dirinya telah kehilangan sumber kebahagiaan seperti ombak yang datang membawa air ke pantai dan mengambil sebagian pasir pantai ke laut. Kehidupan seolah tidak bergerak karena penyair sedang kehilangan semangat hidup. Laut di senja hari merupakan tempat yang sesuai untuk melukiskan kehidupan yang sepi.

Di bait terakhir, penyair seolah-olah merasa putus asa dengan kesedihan yang dialaminya. Hal ini tercermin dari kata-kata penyair yang masih belum juga menemukan semangat hidup. Penyair merasa hanya hidup seorang diri di dunia ini. Pantai yang sepi tanpa hiruk-pikuk manusia digunakan sebagai penggambaran hidupnya. Meskipun penyair berusaha menghibur diri dengan kedamaian suasana pantai, akan tetapi ia tidak juga menemukan sesuatu yang bisa membangkitkan semangat hidupnya. Ia seperti baru saja kehilangan suatu harapan dan hal tersebut membuat penyair tidak mempunyai harapan lagi dalam hidup ini. Semenanjung merupakan daratan yang menjorok ke laut. Ujung dari semenanjung bisa berarti jurang yang langsung berbatasan dengan laut. Kata selamat jalan seolah memberikan pengertian bahwa penyair ingin meninggalkan kehidupannya yang sepi dan tanpa harapan. Mungkin dengan begitu, segala kesedihan, kedukaan, dan kesepian yang ia rasakan akan hilang.

PERBEDAAN STRUKTUR KURIKULUM 2013 DENGAN KTSP

PERBEDAAN STRUKTUR KURIKULUM 2013 DENGAN KTSP
PADA TINGKAT SD/MI

A.      PENDAHULUAN

Di dalam UU No.20 Tahun 2003 (UU Sisdiknas) dijelaskan, kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan pendidikan Indonesia saat ini berdasarkan UU Sisdiknas yaitu . Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kurikulum  di Indonesia selalu mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman.
Saat ini, dunia pendidikan Indonesia akan memasuki kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 yang rencananya akan diterapkan pada bulan Juli tahun ini. Sebelumnya, Indonesia telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diterapkan sejak tahun 2006. Dapat dikatakan, kurikulum 2013 merupakan perkembangan dari KTSP. Di dalam KTSP, kurikulum ditekankan pada desentralisasi pengelolaan pendidikan dari pemerintah kepada satuan pendidikan. KTSP dianggap sesuai dengan prinsip otonomi daerah sehingga pendidikan akan lebih mengakomodasi kepentingan daerah. Sedangkan dalam kurikulum 2013 saat ini, kurikulum lebih memfokuskan pada perubahan struktur kurikulum itu sendiri. Kurikulum 2013 diyakini mampu memenuhi tuntutan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Pendidikan tidak hanya menekankan pada aspek kognitif, akan tetapi juga diarahkan pada pengembangan aspek afektif dan psikomotor.
Jika dilihat dari strukturnya, kurikulum untuk tingkat SD dan MI paling banyak mengalami perubahan. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis mengambil pokok permasalahan tentang perbedaan kurikulum 2013 dengan KTSP khususnya pada tingkat SD/MI. Dari permasalahn tersebut, maka makalah ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kurikulum 2013 dengan KTSP pada tingkat SD/MI. Selain itu, makalah ini memiliki beberapa manfaat. Secara umum, pembaca sebagai pengguna pendidikan akan mengetahui perkembangan kurikulum yang terjadi di Indonesia. Dengan begitu, masyarakat dapat mengevaluasi pelaksanaan kurikulum berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Kemudian secara khusus, makalah ini juga memiliki manfaat untuk guru maupun calon guru yang nantinya akan menerapkan kurikulum 2013. Guru harus benar-benar memahami struktur serta muatan dari kurikulum yang digunakan untuk kemudian disesuaikan dengan kondisi kelasnya masing-masing.

B.       ISI

1.        Pengertian

Dalam kurikulum 2013, Struktur kurikulum dijelaskan sebagai gambaran konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, dostribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.
Sedangkan dalam KTSP, struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan.
Berdasarkan dua pengertian tersebut, pengertian struktur kurikulum dalam kurikulum 2013 maupun KTSP tidak jauh berbeda. Perbedaannya, pengertian kurikulum 2013 tidak menyebutkan adanya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Akan tetapi, dalam kurikulum 2013 nanti terdapat kompetensi inti dan kompetensi dasar.

2.        Mata Pelajaran

Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan-ketentuan tertentu tergantung dari kurikulum yang dipakai.
Kurikulum SD/MI di dalam KTSP memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Muatan lokal dalam KTSP meliputi Bahasa Daerah dan Bahasa Inggris yang merupakan muatan lokal wajib serta muatan lokal pertanian yang tidak diwajibkan. Sedangkan pengembangan diri meliputi Pramuka dan Komputer yang tidak berstatus wajib.
Sedangkan pada kurikulum 2013, mata pelajaran dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok A yang menekankan aspek kognitif dan kelompok B yang lebih menekankan aspek afektif dan psikomotor. Kelompok A terdiri dari 4 mata pelajaran untuk kelas III dan 6 mata pelajaran untuk kelas IV – VI. Perbedaan tersebut terletak pada tidak adanya mata pelajaran IPA dan IPS. Sedangkan pada kelompok B, terdapat 2 mata pelajaran termasuk di dalamnya muatan lokal. Pada kurikulum 2013, muatan lokal SD meliputi Pramuka, UKS, PMR, dan Bahasa Daerah. Berbeda dengan KTSP, Pramuka merupakan muatan lokal wajib. Pengembangan diri tidak dicantumkan dalam kurikulum 2013 SD/MI karena sudah dimasukkan dalam muatan lokal. Selain itu, Bahasa Inggris yang sebelumnya merupakan mata pelajaran wajib menjadi tidak wajib dan hanya berupa muatan lokal.
Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada KTSP SD/MI merupakan ”IPA Terpadu” dan ”IPS Terpadu”. Hal ini masih diterapkan pada kurikulum 2013. Bahkan untuk kelas rendah, IPA dan IPS diintegrasikan dengan mata pelajaran lain melalui pendekatan tematik integratif.

3.        Pembelajaran

Berdasarkan KTSP, Pembelajaran pada Kelas I–III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV–VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Akan tetapi, dalam melalui kurikulum 2013, pembelajaran dari kelas I – VI seluruhnya harus dilaksanakan dengan pendekatan tematik integratif. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia.

4.        Beban Belajar

Beban belajar selama satu minggu pada kurikulum 2013 mengalami penambahan jika dibandingkan KTSP. Pada KTSP, beban belajar kelas satu 26 jam, kelas dua 27 jam, kelas tiga 28 jam, dan kelas empat sampai enam selama 32 jam dengan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Sedangkan pada kurikulum 2013, beban belajar di SD/MI kelas I, II, dan III masing-masing 30, 32, 34 dan untuk kelas IV, V, dan VI menjadi 36 jam setiap minggu. Alokasi waktu satu jam pembelajaran baik dalam kurikulum 2013 maupun KTSP adalah 35 menit.
Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif. Selain itu, bertambahnya jam belajar memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar.

5.        Pengembangan Kurikulum

Jika dilihat dari pengembangan kurikulum KTSP, kurikulum dikembangkan hanya sampai pada standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dalam kurikulum KTSP, guru dituntut mengembangkan kompetensi dasar yang telah ditentukan menjadi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan karakterisrik siswa. Guru juga diberikan kebebasan menentukan buku referensi serta media. Akan tetapi, kenyataan di lapangan, guru cenderung memisahkan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain. Guru juga lebih mementingkan aspek kognitif dibanding aspek afektif dan psikomotor.
Berbeda dengan kurikulum 2013 yang akan dilaksanakan tahun ini, pengembangan kurikulum sudah mencakup silabus, buku teks, serta buku pedoman guru. Hal tersebut akan meringankan pekerjaan guru karena tidak perlu membuat silabus lagi. Guru hanya tinggal membuat rencana pengajaran dalam bentuk RPP. Sebagian orang berpendapat, hal tersebut akan mematikan kreativitas guru karena semua sudah diatur dari pusat. Akan tetapi, jika dilihat kembali, kurikulum 2013 ini masih memberikan peluang dan kebebasan kepada satuan pendidikan dan pendidik khususnya untuk melaksanakan KTSP dalam pembelajaran dan penilaian. 

C.      PENUTUP

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak perbedaan antara struktur kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya yaitu KTSP. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari berbagai sudut. Pertama, dari pengertian struktur kurikulum itu sendiri, kurikulum 2013 tidak menyebutkan adanya standar kompetensi mata pelajaran dan menggantinya dengan istilah kompetensi inti. Kedua, jumlah mata pelajaran pada kurikulum 2013 lebih sedikit dibandingkan dengan KTSP. Ketiga, kurikulum 2013 menuntut pembelajaran dilakukan dengan pendekatan tematik integratif, berbeda dengan KTSP yang masih menggunakan pendekatan mata pelajaran. Keempat, beban belajar yang dicantumkan pada kurikulum 2013 mengalami penambahan dibanding KTSP. Dan yang kelima, pengembangan kurikulum 2013 mencakup silabus, buku teks, dan buku pedoman guru, berbeda dibanding KTSP yang hanya sampai pada kompetensi dasar.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis memberikan saran kepada pembaca pada umumnya dan guru khususnya untuk terus memantau pelaksanaan kurikulum 2013 di sekolah dasar masing-masing, terutama menyangkut efektif dan tidaknya penerapan kurikulum 2013 bagi anak didik sebagai sasarannya.
Daftar Pustaka
Deksa Ferdika. 2012. Makalah Kurikulum 2013. blogspot.com. (Online), (http://ferdikakinestetik.blogspot.com/2012/12/makalah-kurikulum-2013.html, diakses 15 Juli 2013)Karsidi. 2007. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD dan MI. Solo: Tiga Serangkai.Kemendikbud. 2013Kompetensi Dasar untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

CERITA ANAK "TERCEBUR DI PARIT"

Tercebur di Parit
Pada suatu hari, di sore hari yang cerah aku diajak bermain oleh teman-temanku. Hari itu kami berencana untuk bermain layang-layang di pinggir sawah. Meskipun aku tidak mempunyai layang-layang, aku tetap diajak oleh teman-temanku yaitu Sinta, Riski, dan Bayu. Kami suka menerbangkan layang-layang di sawah karena anginnya kencang  dan tidak ada pohon yang menghalangi. Aku merasa senang dapat menikmati sore itu bersama teman-temanku.
Sebelum pergi, aku meminta izin kepada ibuku. Ibuku sudah mengenal ketiga temanku. Aku diizinkan pergi ke sawah. Akan tetapi, aku dinasihati ibuku untuk berhati-hati. Ibuku khawatir karena hari sudah sore. Apalagi, di dekat sawah ada parit yang cukup lebar. Aku dan ketiga temanku dipesan untuk saling menjaga satu sama lain. Ibuku meminta kami pulang sebelum petang.
Aku yang merasa senang kurang mendengarkan nasihat ibuku. Aku dan teman-temanku langsung berlari menuju sawah. teman-temanku telah membawa layang-layang yang dibawa dari rumah beserta benangnya. Kami berjalan beriringan di pinggir sawah mencari angin yang tepat untuk menerbangkan layang-layang. Karena terlalu asyik, aku dan teman-temanku tidak memperhatikan parit yang ada di sebelah kami.
“Wah, di sini anginnya bagus!” kata Bayu.
“Iya, bagaimana kalau layang-layangnya diterbangkan di sini saja?” tanya Sinta.
“Aku setuju,” jawab Riski.
“Biar aku bantu memegangi layang-layangnya,” pintaku.
“Benar, tolong punyaku dulu, Asti!” pinta Sinta.
“Oke!” seruku.
            Kemudian, aku bergerak mundur untuk mengulur layang-layang Sinta. Aku terus bergerak tanpa memperhatikan langkahku. Akibatnya, tiba-tiba kakiku tersandung batu di dekat parit. Aku tercebur ke dalam parit tersebut.
            Sinta, Riski, dan Bayu yang mengetahui kejadian tersebut merasa kaget. Mereka langsung berlari menuju tempatku terjatuh. Seluruh badanku berada di air. Untungnya, parit tersebut tidak terlalu dalam. Riski dan Bayu langsung masuk ke dalam parit dan menolongku keluar dari parit. Kemudian Sinta memegang badanku untuk diajak pulang. Riski dan Bayu mengikuti dari belakang.
 “Asti, kamu tidak apa-apa?” tanya Riski.
“Iya, tidak apa-apa. Tadi hanya tersandung batu yang ada di situ,” jawabku.
“Seharusnya kamu tadi lebih hati-hati, Asti,” tambah Bayu.
“Iya, terima kasih sudah menolongku tadi,” balasku.
“ Ayo, aku antar kamu pulang,” kata Sinta.
Setibanya di rumah, ibuku kaget melihat anaknya basah kuyup. Ibuku langsung bertanya kepada Sinta. Lalu, Sinta pun menjelaskan dengan jujur tentang peristiwa yang terjadi padaku.
“Sinta, apa yang terjadi dengan Asti? Mengapa basah begitu?” tanya ibu.
“Anu Bu, tadi Asti terpeleset dan jatuh ke parit,” jawab Sinta.
“Ya ampun, mengapa bisa terpeleset? Bagaimana kejadiannya?” tanya ibu lagi.
“Tadi Asti mau membantu Sinta menerbangkan layang-layang dan tidak melihat ada batu di dekat parit. Asti tersandung dan tercebur ke parit. Bayu dan Riski tadi yang menolong Asti keluar dari parit, Bu,” jelas Sinta.
Setelah mengerti, ibuku berterima kasih kepada Sinta, Riski, dan Bayu karena sudah menolongku. Kemudian, mereka pulang karena hari sudah petang. Ibu kemudian bertanya tentang keadaanku. Aku menjawab bahwa aku tidak apa-apa. Sesaat kemudian, aku merasa mual-mual dan akhirnya muntah. Hal ini karena aku tadi sempat meminum air yang ada di parit. Ibuku merasa sedih melihat keadaanku.
Setelah itu, ibu membantuku membersihkan badanku yang kotor dan basah. Ibu juga sempat memarahiku karena tidak mendengarkan nasihat beliau. Meskipun dimarahi, aku diam karena aku tahu kesalahanku. Kemudian, ibu menyuruhku mandi agar badanku benar-benar bersih.
Setelah selesai mandi, aku menemui ibu yang sedang menyiapkan makan malam. Aku meminta maaf kepada ibu karena tidak mendengarkan nasihat beliau dan membuat beliau menjadi khawatir. Aku juga berjanji akan lebih berhati-hati lain kali. Ibu senang mendengar perkataanku. Ibu tersenyum dan menyuruhku makan.



WULANGREH "PUPUH I PADA 7 LAN 8"

Serat Wulangreh anggitan ISKS Paku Buwono IV
(Pupuh I Dhandhanggula Pada 7 lan 8)
07
Angel temen ing jaman puniki, ingkang pantes kena ginuronan, akeh wong jaya, ngelmune, lan arang ingkang manut, yen wong ngelmu ingkang netepi, ing panggawening sarak, den arani luput, nanging ta asesenengan, nora kena den wor kakarepaneki, pancene prijangga.
08
Ingkang lumrah ing mangsa puniki, mapan guru ingkang golek sabat, tuhu kuwalik karepe, kang wus lumrah karuhun, jaman kuna mapan si murid, ingkang pada ngupaya, kudu angguguru, ing mengko iki ta nora, Kyai Guru narutuk ngupaya murid, dadiya kantira.

Gancaran
Pada 7
            Kanjeng Susuhunan Paku Buwono IV ngandaraken pamanggihipun babagan kawontenan ing wekdal sakmenika. Nglampahi gesang ing wekdal sakmenika kados awrat sanget. Para tiyang awrat anggenipun mbentenaken kados pundi tumindak ingkang saged dipuntuladhani lan kados pundi tumindak ingkang mboten prayogi menawi dipuntuladhani. Sanadyan kathah tiyang ingkang linangkung ngelmunipun, nanging sakmenika awis tiyang ingkang taksih nuhoni kewajibanipun marang Gusti. Menawi wonten tiyang ingkang ageng kawruhipun, tumindak marang kesaenan, lan remen mbelani tumindak ingkang leres mandar dipuwastani tiyang klentu. Dene tiyang ingkang namung lelangen utawi seneng-seneng lan mboten gadhah wigatosan marang tiyang sanesipun mandar dipuntuladhani lan dipunwastani tiyang ingkang leres.
            Kanjeng Susuhunan ugi mangertos sanget kawontenan wekdal sakmenika. Para tiyang awrat pepanggih kaliyan priyantun ingkang satuhu saged dipundadosaken dwija utawi guru. Saengga, sakmenika kathah tiyang ingkang sampun keblinger. Kedahipun, tiyang ingkang sae ing ngelmu utawi kawruh dipundadosaken tuladhan kang becik. Ananging, tiyang sakmenika asring nglirwakaken padamelan ingkang sae lan dipunanggep tumindak ingkang sampun leres. Sewalikipun, tiyang ingkang nglirwakaken sarak utawi pitutur ingkang saestu lan namung saged ngupados pepinginanipun piyambak kathah dipundadosaken panggladhi. Ananging, punika sedanten gumantung ing sedyanipun piyambak-piyambak.  Saengga, tiyang satunggal mboten sami kaliyan tiyang sanesipun anggenipun nglampahi gesang punika. Saben tiyang sampun gadhah kodrat lan watak ingkang benten, saengga tiyang ingkang tasih nglampahaken kesaenan kedah teteg lan waspada.
Pada 8
Kanjeng Susuhunan Paku Buwono IV kagungan pamanggih menawi ing wekdal sakmenika sampun limrah guru ingkang ngupados supados angsal sabat utawi murid. Kawontenan mekaten sampun kewalik lan benten sanget umpami ningali ing wekdal rumiyin. Rumiyin, murid ingkang kedah pados guru kangge ngangsu kawruh. Mekaten puniku wau sampun limrah dipuntindakaken dening para tiyang rikala rumiyin. Nanging mekaten sakmenika mboten dipunturut malih. Kanthi wekdal ingkang sangsaya majeng lan modern, kyai utawi guru pepara tindhak ngambara ngupadani murid supados purun tumut kaliyan piyampakipun.

Rikala rumiyin, para priyantun badhe nggeguru ngupados ngelmu kanthi rekaos saestu. Murid ingkang badhe ngembara ngupados guru ingkang gathuk kaliyan sedyanipun. Saged dipuntingali, kathah tuladhanipun tiyang utaminipun guru ingkang ngupados murid. Umpaminipun, ing margi-margi sakmenika wonten spanduk, baliho, pamplet, lan selebaran ingkang sumebar. Ing wewengkon pundi kemawon, wonten tiyang ingkang nawakaken sekolah kanthi ngunggulaken kalangkunganipun. Dadosipun, wekdal sakmenika kathah murid ingkang mboten satuhu marang pasinaonipun amargi sedyanipun kang utami mboten bedhe ngupados kawruh nanging amung remen kaliyan pamilutaning tiyang kathah. Amargi mekaten ugi, para murid ing wekdal samenika kirang ngurmati lan ngaosi marang gurunipun amargi mboten mangertosi sejatosipun tiyang ingkang ngangsu kawruh. Mekaten ugi, ingkang dados guru kedah sabar  lan taksih satuhu marang kewajibanipun mucal kanthi premati.

WIT KATES

Wit Kates
            Kates punika wit ingkang kathah ditanem wontendaerah tropis kados Indonesia. Kates kathah dipuntanem amargi nggadhahi woh ingkang dipunremeni kaliyan tiyang kathah. Kates uga nggadhahi nama ingkang kathah, daerah setunggal saged benten kaliyan daerah sanesipun. Wonten daerah Cilacap dipunnamani “gandhul”, wonten Sundha naminipun “gedhang”, lan menawi dipunsebat wonten basa Indonesia yaiku “pepaya”.
Taneman kates dhuwuripun saged dugi 10 meter. Wit kates saged gesang wonten daerah tropis amargi gampil cara nanemipun lan mboten mbutuhaken toya ingkang kathah. Kates bakal gesang kanthi lema wonten mangsa rendeng. Menawi wonten mangsa ketiga, kates kedah dipunsirami. Taneman kates nggadhahi rupa kados taneman palem. Rupa sekaripun pethak, menawi mateng dagingipun rupa kuning utawi abrit. Woh kates menawi dipunsigar, nggadhahi wangu ingkang simetris utawi sami antawis kiwa lan tengenipun. Ronipun ugi memper kaliyan tangan manungsa.
Wadagipun woh kates bunder ngantos lonjong kanthi pucukipun lancip. Rupanipun woh nalika nem yaiku ijo peteng, lan saksampunipun mateng dados abrit utawa kuning. Wadag wohipun bunder menawi asalipun saking taneman wadon lan lonjong menawi saking taneman kates “banci”. Taneman kates “banci” langkung dipunremeni wonten budidaya amargi saged ngasilaken woh ingkang langkung kathah lan langkung ageng. Wonten madya woh kates wonten isi-isinipun ingkang dipunnamani trempos. Rupanipun trempos sapunika yaiku cemeng utawi radi cemeng lan kebungkus dening lendir supados mboten garing. Wonten budidaya, trempos dipendhet lan dipuntanem malih.
Woh kates didhahar dagingipun, nalika taksih nem utawi sampun mateng. Kates ingkang nem dimasak kangge janganan. Dene kates ingkang mateng didhahar langsung utawi kangge campuran “es buah”. Ronipun kates yaiku gampleng dimupangataken kangge janganan lan kangge ngempukaken daging. Gampleng ingkang taksih nem saged digodhog lan didhahar kangge lalapan utawi dipundadosaken bungkus “buntil”. Dening tiyang Manado, sekar kates utawi paes dipunurap dados jangan ingkang saged dipundhahar. Tlutoh kates wonten wit, ron, lan wohipun kates ugi saged ngempukaken daging.
Taneman kates maneka rupa amargi pamupangatanipun benten gumantung saking pepenginanipun konsumen. Umpaminipun kates bangkok kaliyan kates Solo. Kates bangkok punika asalipun saking Thailand. Wohipun mboten radin lan kulit njawinipun tipis, mila awrat dipunoncek. Kalangkunganipun, dagingipun manis lan kathah ngandhut toya. Ukuran wohipun ugi ageng. Menawi kates Solo, wohipun alit-alit lan diremeni konsumen kilen. Saksanesipun, ugi wonten kates hias ingkang rupa ronipun ungu. Kates punika ditanem amung kangge disawang lan ngendahaken taman.
Miturut jinisipun, kates kaperang dados tiga, yaiku kates lanang, kates wadon, lan kates jangkep. Kates lanang nggadhahi sekar ingkang alit-alit mboten saged dados woh lan pangipun dawa. Kates wadon nggadhahi sekar kathah, pangipun cendhak lan sekaripun wonten ingkang ageng pratandha menawi sekar puniku saged dados woh menawi angsal serbuk sari saking kates lanang. Menawi kates jangkep nggadhahi sekar ingkang jangkep lanang lan wadon saengga saged ndamel woh piyambak. 
Kates ingkang wonten Indonesia wonten kalih  jinis, yaiku kates semangka lan kates manuk. Kates semangka nggadhahi daging rupa abrit kados rupa semangka, raosipun manis. Menawi kates manuk nggadhahi daging rupa kuning, gandhanipun seger lan raosipun kecut campur manis.

Kates klebet jinising woh-wohan ingkang kathah mupangatipun. Wiwit saking oyotipun ngantos ronipun nggadhahi mupangat kangge manungsa lan kewan. Taneman kates saged dimupangataken kangge tedhan, unjukan, jampi, lan pakan ternak. Taneman kates ugi saged kangge ngusadani gerah, kados jerawat, rematik, gegelen, radang ginjal, gerah padharan, pilek, anemia, lan masuk angin. 

MIJIL "NDARA PUSPA"

Mijil
Ndara Puspa nderek dados abdi
Mucal putra kraton
Blater ugi luhur ing bebuden
Milala dhateng budaya jawi
Syukur ing panampi
Wasis unggah-ungguh

Ndara Puspa ageng ing pamuji
Manggih begja katon
Ngrumatani titihan kang resep
Madu sekar enggar ing penggalih
Sajroning ngaurip

Emut marang luput