HIDUP DENGAN PRINSIP
Part 1
Prinsip, sejak kecil manusia mengenal
prinsip. Sejak kecil pula manusia belajar dan dididik untuk membentuk prinsip.
Apa sebenarnya prinsip itu? Pentingkah manusia memiliki prinsip? Banyak
pertanyaan yang muncul di benakku mengenai hal yang satu ini. Aku ingin
mengungkapkan pikiran kecilku tentang arti prinsip dalam hidupku.
Apa sebenarnya prinsip itu? Prinsip
menurutku bagaikan sebuah pondasi rumah. Unsur pertama yang perlu dipikirkan
dan dibangun dengan baik agar rumah yang berdiri di atasnya dapat berdiri
kokoh. Ketika angin kencang menerpa, hujan lebat dan panas terik silih
berganti, rumah yang memiliki pondasi yang baik tentu akan lebih kuat
menghadapi semua itu. Begitu pula dengan prinsip. Jika prinsip dibangun dengan
kuat, tentu akan lebih mantap dalam menghadapi berbagai situasi dan masalah
yang selalu datang silih berganti menguji manusia.
Seberapa penting prinsip bagi kehidupan
manusia? Aku rasa setiap manusia memiliki jawaban sendiri atas pertanyaan ini.
Dunia ini memang bukan tempat yang mudah untuk mempertahankan prinsip.
Istilahnya orang cenderung “fleksibel” dengan berbagai situasi di sekitar
mereka. Apalagi, setiap manusia memiliki berbagai kepentingan di dunia ini.
Tekanan kebutuhan, prinsip mayoritas, dan sikap untuk menjadi pengekor pada
kekuasaan menjadi beberapa hal yang sering menjadi penyebab terbentuknya
manusia “fleksibel”. Sepertinya agak sedikit berlebihan, tetapi itulah yang
ingin aku katakan. Apa aku seorang yang munafik? Mungkin saja begitu dan orang
lain berhak menilai satu sama lain.
Pada dasarnya, manusia terlahir dengan
jiwa yang baik dan siap menerima segala sesuatu yang baik. Seperti sering
dikatakan, manusia itu pada dasarnya baik. Jika manusia sedang berada pada
posisi nyaman, mereka akan cenderung mudah untuk berbuat baik. Sebaliknya, saat
manusia merasa diri mereka sedang dalam kondisi sulit, sulit pula bagi mereka
untuk melihat keberadaan orang lain. Suatu ketika manusia akan mengalami dilema
antara prinsip diri dengan situasi yang menuntutnya untuk melawan prinsip. Aku
sadar aku sering mengalami hal tersebut. Sampai pada situasi saat manusia harus
membuat keputusan. Sebagai alibi, mungkin prinsip yang selama ini diyakini dan
dipertahankan tidaklah tepat, kita harus melihat keadaan, atau lagi-lagi kita
harus “fleksibel”. Manusia berfikir sepanjang hal- hal itu tidak merugikan
orang lain dan menguntungkan bagi mereka, itu sah-sah saja, toh orang lain juga
sudah biasa melakukannya. Aku juga tidak bisa mengatakan itu salah, aku hanya
ingin mengatakan kalau itu kurang adil dengan orang-orang yang berusaha
mempertahankan prinsip yang sama.
Prinsip mendasar yang ingin aku ungkapkan
adalah kejujuran. Jujur saja, prinsip yang satu ini selalu mengusik hati dan
pikiranku. Sedikit lucu aku bertanya, “Masihkah ada orang yang benar-benar
jujur di dunia ini?” Aku rasa selama aku hidup tidak ada manusia yang tidak
pernah berbohong, baik mungkin untuk kebaikan maupun yang menyebabkan kerugian
bagi sesamanya. Pada dasarnya lagi, manusia akan berkata jujur selama ia tidak
merasa terancam dengan kejujurannya. Akan tetapi, manusia selalu dihadapkan
pada keadaan yang menguji prinsip yang satu ini.
Aku ingin
menggambarkan bagaimana sulitnya kejujuran itu. Untuk membuat sebuah surat izin
mengemudi, manusia-manusia jujur akan menjalani serangkaian tahapan dari antri,
mengikuti tes tertulis lalu tes praktik. Jika tes itu gagal, maka ia harus
kembali berminggu-minggu lagi untuk mengikuti tes ulang. Dan sangat
mengherankan sekali tes yang dilakukan sepertinya memang dirancang untuk
menggagalkan seluruh peserta. Sudah jelas manusia akan memilih jalan pintas
dengan membayar lebih mahal dan dalam tiga hari surat izinpun jadi tanpa
melalui tes apapun. Jika manusia mempertahankan prinsipnya untuk jujur, sudah
dipastikan surat pun tak akan segera diperoleh. Apalagi mengingat kegiatan
manusia tidak hanya untuk bolak-balik ke kantor polisi.
Aku masih
ingin menggambarkan sulitnya prinsip kejujuran dipertahankan. Jika diadakan
survei seluruh pelajar dari SD sampai perguruan tinggi di Indonesia, berapa
orang yang yang akan menjawab ia tidak pernah menyontek ataupun berbuat curang
dalam ujian? Mungkin hanya akan ada beberapa orang dan itupun belum pasti
benar. Ya, fenomena seperti ini lazim di Indonesia. Masyarakat Indonesia itu merupakan
orang-orang yang murah hati dan memiliki rasa toleransi yang tinggi. Akibat
sampingannya, masalah seperti bukan lagi menjadi suatu masalah yang perlu
dikatakan sebagai suatu masalah. Lalu, apa yang membuat sebagian kecil orang
masih mempertahankan prinsipnya untuk menjadi egois dan pelit saat ulangan?
Menurutku itulah prinsip. Prinsip yang ingin dipegang teguh meski seolah-olah
seluruh dunia menentangnya. Apa yang menyebabkan sebagian orang “fleksibel” dan
sebagian lagi tetap “kokoh” dengan prinsipnya? Menurutku itulah yang disebut
karakter. Aku tidak ingin menjelaskan arti dari karakter. Orang dewasa tahu
sesuatu yang dianggapnya benar, tapi belum tentu tahu cara menerapkannya. Aku
juga bukan Tuhan yang mampu menilai itu dosa atau tidak. Aku juga bukan orang
yang munafik yang akan mati-matian menyalahkan perbuatan tersebut. Aku ingin
menyadarkan diriku sendiri bahwa inilah dunia dengan segala kefanaannya.
Contoh
selanjutnya yang dekat sekali dengan kehidupan masyarakat, yaitu tradisi
“politik uang. Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian besar
masyarakatnya merupakan kalangan menengah ke bawah. Orang cenderung berfikir
uang berbicara, uang menentukan segalanya, dan uang mampu membeli hak suara
mereka. Masyarakat lebih suka memikirkan insentif yang kira-kira akan diperoleh
daripada memikirkan pemimpin yang paling baik untuk memimpin mereka. Setiap
akan diadakan pemilihan kepala daerah, masyarakat akan kebanjiran uang dari
para calon. Itu pun tidak dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Insentif yang
ditawarkan sekitar dua puluh ribu per kepala. Jumlah yang cukup besar mengingat
banyaknya jumlah masyarakat di suatu daerah. Mengapa para calon ini begitu
percaya bahwa orang yang menerima uang ini akan memilih mereka? Jawabannya
mungkin karena masyarakat Indonesia memang orang yang menghargai suatu
kemurahan hati, meskipun ada udang di balik batu. Ibaratnya, masyarakat membuat
sebuah janji dengan menerima insentif tersebut.
Contoh
terakhir yang kulihat adalah tentang ketidakjujuran dalam usaha. Menurutku,
sekecil apapun ketidakjujuran tetaplah suatu ketidakjujuran. Dunia memang penuh
tipu daya. Memang setiap manusia berusaha saling berlomba untuk mencapai yang
terdepan. Menurutku, setiap manusia mempunyai lintasan dan finishnya sendiri tanpa ia harus melihat orang lain yang berlari
mendahuluinya. Mungkin sesekali kita bisa melihat cara dia berlari dan
mengadaptasikannya pada diri kita. Jika yang kita lihat tidak sesuai dengan
diri kita, apa yang harus dilakukan? Itulah usaha mereka dan itulah lintasan
mereka. Mungkin kita merasa iri dengan segala kecurangan yang dilakukan pelari
lain. Kenapa aku tidak melakukan hal yang sama? Lagi-lagi itulah prinsip, yang
mempengaruhi segala keputusan dan perbuatan kita. Tuhan itu tidak tidur. Semua
perbuatan sekecil apapun pasti ada nilainya. Sabar dan ikhlas sangat diperlukan
orang-orang yang pantang menyerah dalam memegang prinsip yang benar di mata
Tuhan.
Itu tadi
beberapa kejadian yang sangat erat di kehidupan manusia. Bisa dikatakan itu
hanyalah contoh-contoh kecil yang tidak perlu dipermasalahkan. Lalu, bagaimana
untuk orang yang ingin mempertahankan prinsipnya? Apa harus membiarkan itu
terjadi? Atau menjadi orang yang “sok suci”? Terkadang di antara dua pilihan,
masih ada pilihan tengah di antara keduanya. Jika bicara tentang prinsip,
manusia berhak menentukan pilihannya. Melakukan hal-hal kecil yang sekiranya
itu benar di mata Tuhan adalah lebih baik dibanding apapun. Merubah sesuatu
sepertinya memang harus dimulai dari diri sendiri. Aku selalu mengingatkan diri,
dunia ini bukanlah tujuan akhir dan bukanlah sesuatu yang kekal. Jika hidup
hanya digunakan untuk merasa iri dengan kehidupan orang lain, bukankah sangat
sia-sia?? Hidup memang tidak adil, makanya kita harus adil dengan diri kita
sendiri dengan mensyukuri setiap nikmat yang kita peroleh. Selalu ingat kalau
Tuhan itu Maha Adil.