Monday, January 7, 2013

PENDEKATAN PROSES KELOMPOK DALAM MANAJEMEN KELAS


MENJADI GURU PROFESIONAL MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PROSES KELOMPOK DALAM
MANAJEMEN KELAS




Dalam Undang-Undang Sisdiknas, disebutkan bahwa guru merupakan salah satu tenaga profesional yang memiliki tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, guru memiliki dua tugas pokok yaitu melakukan pengajaran dan mengelola kelas. pengajaran merupakan kegiatan mengaktifkan pesesta didik dalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Kegiatan guru di dalam melakukan pengajaran meliputi menganalisis kebutuhan siswa, menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengevaluasi, serta melakukan umpan balik. Melakukan pengajaran berbeda dengan kegiatan mengelola kelas. Pengelolaan kelas yang biasa disebut manajemen kelas menekankan pada penciptaan kondisi yang optimal agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien. Meskipun dalam praktiknya kegiatan mengajar dan mengelola kelas dilaksanakan secara bersama-sama dalam suatu pembelajaran, guru harus memahami perbedaan di antara keduanya. Dengan begitu, guru akan dapat menangani dengan tepat setiap masalah yang muncul dalam pembelajaran.
Sudah diketahui bahwa kegiatan pembelajaran yang berlangsung di berbagai jenjang pendidikan saat ini merupakan kegiatan pembelajaran yang berbasis kelas. Kelas merupakan sekelompok peserta didik yang memiliki tujuan yang sama dan melakukan kegiatan pembelajaran secara bersama-sama melalui situasi, kondisi, dan lingkungan yang diatur secara sengaja untuk mencapai tujuan tersebut, dalam hal ini, gurulah yang melaksanakan fungsi mengatur atau mengelola suatu kelas.dari pengertian kelas tersebut juga dapat dipahami bahwa hampir seluruh kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam situasi kelompok. Tidak dapat dihindari bahwa akan terjadi interaksi antar siswa dalam kelas tersebut. Interaksi yang terjadi dapat mendukung tetapi juga dapat pula menimbulkan masalah pengelolaan kelas. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan tentang penerapan dan pemanfaatan interaksi tersebut melalui pendekatan proses kelompok. Melalui pendekatan ini, diharapkan guru dapat meningkatkan hal positif yang diperoleh melalui interaksi kelompok sehingga akan mengurangi atau bahkan menghilangkan masalah manajemen kelas.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut.
a.         Apa pengertian pendekatan proses kelompok dalam manajemen kelas?
b.        Bagaimana peranan pendekatan proses kelompok dalam membentuk guru profesional?
c.         Apa saja masalah-masalah manajemen kelas yang dapat diatasi dengan pendekatan proses kelompok?
d.        Bagaimana pelaksanaan pendekatan proses kelompok dalam manajemen kelas?
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui:
a.         Pengertian pendekatan proses kelompok dalam manajemen kelas.
b.        Peranan pendekatan proses kelompok dalam membentuk guru profesional.
c.         Masalah-masalah manajemen kelas yang dapat diatasi dengan pendekatan proses kelompok.
d.        Pelaksanaan pendekatan proses kelompok dalam manajemen kelas.






Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini yaitu:
a.         Bagi penulis dan pembaca, makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pendekatan proses kelompok dalam manajemen kelas sehingga dapat membantu guru atau calon guru dalam menerapkannya di kelas.
b.        Bagi penulis dan pembaca, makalah ini juga dapat membantu memahami cara menjadi guru yang profesional khususnya dalam melakukan manajemen kelas dengan pendekatan proses kelompok.
c.         Bagi penulis, makalah ini merupakan pemenuhan tugas individu mata kuliah Manajemen Kelas di semester 3 sebagai prasyarat untuk memperoleh nilai uji kompetensi 4.






Pendekatan proses kelompok (group process approach) disebut juga pendekatan sosio-psikologis merupakan pendekatan yang mengutamakan pengaturan dan pengoptimalan interaksi antar peserta didik dalam suatu kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien. Pendekatan ini dipilih berdasarkan prinsip psikologi sosial dan dinamika kelompok. Pendekatan proses kelompok memiliki beberapa latar belakang antara lain sebagai berikut.
a.         Kenyataan bahwa kegiatan pembelajaran berlangsung dalam kelompok yang berbasis kelas.
2.        Salah satu tugas guru adalah menciptakan dan mempertahankan situasi kelompok kelas agar tetap efektif, efisien, dan produktif.
c.         Kelompok kelas merupakan sistem sosial yang memiliki prinsip-prinsip pengelolaan yang berlandaskan pendekatan kelompok.
Hasibuan dan Moedjiono (1995:177), mengungkapkan bahwa pendekatan kelompok agar memiliki suatu ikatan yang kuat memerlukan beberapa unsur yaitu tujuan kelompok, aturan, dan pemimpin.
a.         Tujuan kelompok
Tujuan kelompok dalam hal adalah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Setiap kelompok dalam kelas harus mengetahui tujuan dari dilakukannya suatu kegiatan kelompok. Dengan begitu, siswa akan lebih memahami dan tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran. Ketidaktahuan akan menimbulkan ketidakpedulian yang berakibat munculnya masalah manajemen kelas. Dalam hal ini, guru memiliki peran merumuskan dan mengkomunikasikan kepada peserta didik tentang tujuan atau goal yang hendak dicapai.

b.        Aturan
Aturan dapat berarti batasan perilaku yang diperbolehkan untuk dilakukan oleh anggota kelas, baik guru maupun peserta didik. Dalam membuat peraturan, guru hendaknya bersikap demokratis. Aturan harus merupakan suatu kesepakatan antara guru dengan peserta didik. Aturan yang dibuat secara bersama-sama biasanya akan lebih dipatuhi dibanding guru membuat kebijaksanaan secara otoriter.
c.         Pemimpin
Guru merupakan pemimpin utama dalam kelas. Sebagai pemimpin, hal utama yang harus dilakukan adalah menjelaskan tujuan kelompok. Selain itu dalam rangka menciptakan dan memelihara suasana kerja kelompok yang sehat, tugas lain adalah mendorong dan memeratakan partisipasi, mengusahakan kerjasama, mengurangi ketegangan, dan memperjelas partisipasi serta menerapkan sanksi. Guru dapat memberikan tanggung jawab pemimpin kepada peserta didik untuk memimpin kelompoknya, baik baik kelompok besar maupun kelompok kecil.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa di dalam pendekatan proses kelompok ini, peserta didik diarahkan untuk saling berinteraksi dalam kegiatan kelompok yang secara sengaja diatur oleh guru dengan menerapkan aturan yang telah disepakati untuk menciptakan kondisi kelas optimal dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Richard A. Schmuck dan Patricia A. Schmuck (dalam Mulyadi, 2009:56), mengemukakan bahwa ada enam unsur yang menyangkut manajemen kelas proses kelompok, yaitu harapan, kepemimpinan, kemenarikan, norma, komunikasi, dan keeratan.
1.        Harapan (expectation)
Harapan berhubungan dengan tingkah laku anggota kelompok, dalam hal ini adalah peserta didik yang mempengaruhi hubungan antar anggota kelompok, baik guru dengan peserta didik maupun antarpeserta didik. Kelompok kelas yang efektif terjadi apabila harapan yang ada pada diri guru dan siswa berjalan searah dan menciptakan sikap saling pengertian akan harapan masing-masing.
2.        Kepemimpinan (leadership)
Dalam proses kelompok, kepemimpinan  merupakan salah satu unsur yang menentukan keberhasilan pembelajaran maupun manajemen kelas. Guru merupakan pemimpin utama dalam kelompok kelas. Melalui pembelajaran kelompok, tugas kepemimpinan diberikan kepada seluruh anggota kelompok. Dengan begitu, setiap peserta didik memiliki tanggung jawab untuk mengatur dan memposisikan dirinya dalam suatu kelompok. Melalui kepemimpinan, akan terjadi saling koreksi antar siswa sehingga pelaksanaan manajemen kelas tidak sepenuhnya dari guru semata, melainkan melalui interaksi antarpeserta didik. Guru yang efektif adalah guru yang mampu mengembangkan mutu interaksi tersebut dengan menciptakan situasi yang sesuai agar peserta didik melalui sikap kepemimpinan tetap berorientasi pada tujuan belajar.
3.        Kemenarikan (attraction)
Kemenarikan berkaitan erat dengan pola keakraban dalam hubungan kelompok kelas. Tingkat kemenarikan ini tergantung pada hubungan interpersonal yang positif. Untuk itu usaha guru adalah meningkatkan sikap menerima dari para anggota kelompok terhadap situasi dan perubahan ataupun hadirnya orang lain dalam kelompok yang akan akan membantu efektivitas manajemen kelas melalui pendekatan proses kelompok.
4.        Norma (norm)
Norma merupakan aturan bertingkah laku yang telah disepakati dalam suatu kelompok. Norma kelompok yang efektif adalah yang menjamin produktifitas kelompok dan sebaliknya. Tugas guru adalah membantu kelompok untuk memahami, mengembangkan, serta mempertahankan norma-norma yang sesuai untuk mencapai tujuan.


5.        Komunikasi (communication)
Komunikasi merupakan syarat utama terjadnya interaksi kelompok di dalam kelas yang memungkinkan terjadinya proses kelompok yang efektif. Melalui komunikasi, dapat terjadi hubungan timbal balik dan saling bertukar pendapat antarpeserta didik. Tugas guru adalah menumbuhkan interaksi dan komunikasi yang sehat dimana selain siswa diberi hak untuk mengungkapkan gagasan, siswa juga harus bersedia menerima pendapat orang lain, sehingga tumbuh situasi kelas yang kondusif.
6.        Keeratan (cohesiveness)
Keeratan dalam proses kelompok dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain adanya perasaan suka dan nyaman dengan anggota kelompoknya, minat yang besar terhadap pembelajaran, dan adanya penghargaan terhadap perannya dalam kelompok. Keeratan kelompok juga dapat tumbuh karena tuntutan kebutuhan individu yang dapat dipenuhi dengan jalan menjadi anggota kelompok itu. Guru dapat mengelola kelas secara efektif apabila ia mampu menciptakan kelompok yang erat dan saling bersinergi.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam manajemen kelas proses kelompok guru harus memperhatikan harapan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran serta berusaha menciptakan suasana yang lebih mendukung melalui interaksi dan komunikasi yang terarah dalam situasi kelompok sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik dan menantang.
Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Sisdiknas, guru merupakan tenaga profesional. Guru dikatakan profesional sebab dalam pembelajaran guru memerlukan suatu keahlian dan keterampilan, baik dalam pengajaran maupun manajemen kelas sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk menjadi guru yang profesional, guru harus menguasai setidaknya empat kompetensi atau kemampuan. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, serta kompetensi profesional.
1.        Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik seorang guru berhubungan dengan kemampuan guru dalam memahami suatu tujuan pembelajaran, materi, serta cara menyampaikannya. Kegiatan yang dilakukan antara lain: memahami peserta didik; merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran; mengembangkan pendidikan; memahami teori belajar, pembelajaran, strategi, kompetensi dan isi; melaksanakan penilaian proses dan hasil; serta pengembangan akademik dan nonakademik.
Dengan mengetahui pengertian dan penerapan pendekatan proses kelompok dalam manajemen kelas merupakan salah satu cara guru dalam mengembangkan kemampuan pedagogisnya. Hal itu karena pendekatan ini nantinya dapat diterapkan dalam melaksanakan tugasnya di lapangan sebagai tenaga pendidik yang kompeten.
2.        Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian seorang guru berhubungan dengan sikap dan perilaku guru sebagai individu dalam menghadapi berbagai situasi. Guru yang profesional harus memiliki sikap dan kepribadian: mantap dan stabil; dewasa; arif dan berwibawa; memiliki akhlaq mulia; menaati norma hukum dan sosial; memiliki rasa bangga terhadap profesinya; konsisten dengan norma; mandiri; memiliki etos kerja yang tinggi; berpengaruh positif bagi lingkungannya dan disegani; menaati norma religius; dapat diteladani; serta jujur.
Pendekatan proses kelompok dapat digunakan sebagai sarana untuk menunjukkan kompetensi kepribadian yang dimiliki guru. Melalui pembelajaran kelompok, guru dapat menanamkan berbagai nilai positif kepada peserta didik, seperti kekompakan, sikap saling menghargai, keberanian, dan masih banyak lagi. Jika guru berhasil melakukan hal tersebut, maka otomatis kewibawaan dan kepercayaan diri guru menjadi meningkat.
3.        Kompetensi sosial
Kompetensi sosial seorang guru merupakan kemampuan guru dalam berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat dilakukan guru dengan bergaul dan mengakrabkan diri dengan peserta didik, rekan kerja, dan  masyarakat dengan bersikap menarik, penuh empati, kolaboratif, suka menolong, mampu menjadi panutan, komunikatif, serta kooperatif.
Sikap-sikap yang dikembangkan guru dalam kompetensi sosial ini dapat diwujudkan melalui melalui interaksi dan komunikasi dengan berbagai komponen dan lingkungan pendidikan. Dalam pendekatan proses kelompok ini, interaksi lebih ditekankan pada komponen peserta didik. Di sini, selain mengembangkan kompetensi sosialnya, guru juga mengembangkan kompetensi sosial peserta didik melaluiberbagai kegiatan kelompok.
4.        Kompetensi profesional
Kompetensi profesional merupakan syarat yang paling esensial dalam lingkup profesionalisme seorang guru. Dalam kompetensi ini, guru dituntut: menguasai keilmuan bidang studi; memahami langkah kritis pendalaman isi bidang studi; paham terhadap materi, struktur, konsep, dan keilmuan yang menaunginya; mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari; serta memahami metode pengembangan ilmu, telaah kritis dan inovatif terhadap bidang studi. Kompetensi ini mengharuskan guru untuk benar-benar memahami kedudukan suatu ilmu dalam pembelajaran maupun kehidupan sehari-hari.
Pemahaman tentang konsep pendekatan proses kelompok ini merupakan salah satu langkah dalam memahami berbagai konsep pendekatan dalam manajemen kelas. Guru dapat mengembangkan sendiri berbagai pendekatan yang relevan ketika menerapkannya dalam kehidupan kelas. Sehingga, guru juga dapat berkreasi dan berinovasi menciptakan kondisi yang produktif dengan dituasi yang tetap kooperatif.
Dalam manajemen kelas, tindakan yang dilakukan dapat berupa dua hal yaitu untuk mencegah dan/atau menanggulangi adanya masalah manajemen kelas agar kelas tetap dalam situasi yang kondusif. Oleh karena itu, sebelum guru menerapkan suatu pendekatan dalam manajemen kelas, guru terlebih dahulu menganalisis berbagai masalah manajemen kelas, kemudian menentukan pendekatan yang sesuai dengan masalah yang terjadi.
Pada dasarnya, pendekatan proses kelompok dapat digunakan dalam menangani berbagai situasi permasalahan manajemen kelas. Hal yang paling menentukan adalah cara guru dalam menerapkan pendekatan proses kelompok ini di dalam kelompok kelas. Meskipun dengan pendekatan dan masalah yang sama, guru yang berbeda dapat memberikan hasil yang berbeda pula dalam menyelesaikan suatu permasalahan manajerial. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui masalah yang biasanya muncul dalam manajemen kelas.
1.        Masalah individual
Adanya masalah individual dapat dikarenakan kegagalan dari seseorang untuk mewujudkan tujuan dan harapan yang diinginkan, terutama kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dalam lingkungan sosial. Jika seorang individu merasa gagal dalam mengembangkan dirinya, maka terdapat kecenderungan individu tersebut akan berbuat menyimpang. Hal ini juga berlaku dalam lingkungan sosial di kelas. Berdasarkan alasan tersebut, masalah manajemen kelas dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut.
·           Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian)
Perilaku ini dilakukan peserta didik yang tidak atau belum berhasil mengembangkan dirinya serta menemukan peran dalam suatu kelompok dengan mencari perhatian orang lain melalui berbagai cara. Melalui proses kelompok, diharapkan peserta didik menemukan suatu peranan yang sesuai dengan kemampuannya yang dapat diwujudkan laksanakan melalui pemberian tanggung jawab kelompok. Dengan begitu, potensi peserta didik untuk menciptakan masalah dapat dicegah dan dialihkan untuk kegiatan yang lebih produktif. Dalam hal ini, guru juga berperan membantu peserta didik dengan memberikan pengarahan dan perhatian yang wajar.
·           Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan)
Tingkah laku ini ditandai dengan suatu bentuk penolakan peserta didik terhadap suatu pembelajaran, sehingga cenderung menunjukkan suatu pertentangan serta ketidakpatuhan. Jika dilihat melalui pendekatan proses kelompok, masalah ini akan dapat diatasi dengan adanya aturan dan norma kelompok yang merupakan kesepakatan bersama. Aturan dan norma tersebut akan memaksa peserta didik yang bermasalah untuk mengikuti ketentuan. Selain itu, proses kelpmpok juga dapat mencegah timbulnya perilaku ini karena kegiatan yang disepakati bersama dapat mengurangi penolakan.
·           Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam)
Perilaku peserta didik dalam hal ini sering merasa sakit hati dengan suatu bentuk kekalahan. Sakit hati tersebut diungkapkan dalam bentuk perilaku yang cenderung negatif dan merusak, sehingga persaingan yang terjadi kurang begitu sehat. Setiap anak yang menunjukkan perilaku menyimpang pastilah memiliki alasan sendiri-sendiri yang melatarbelakanginya. Sehingga,pendekatan yang digunakan pun dapat bermacam-macam. Pendekatan kelompok menjadi salah satu alternatif jika masalah tersebut berhubungan dengan penerimaan antarindividu dan pengembangan kerja sama dalam suatu kelompok kelas.
·           Helplessness (peragaan ketidakmampuan)
Bentuk perilaku ini ditandai dengan tingkah laku peserta didik yang pasif terhadap pembelajaran. Peserta didik sudah memiliki mainset bahwa dirinya tidak mampu melakukan sesuatu yang benar dan akan selalu gagal. Sikap pasrah dan putus asa akan sering ditunjukkan peserta didik. Melalui proses kelompok, masing-masing siswa akan memiliki hak yang lebih besar untuk berhasil baik secara individu mapun melalui keberhasilan kelompok. Guru juga akan lebih mudah mengontrol dan mengaktifkan peserta didik yang berperilaku seperti ini melalui kegiatan kelompok dengan memberikan bimbingan secara bergantian.
Keempat pola perilaku di atas merupakan masalah yang biasa terjadi dalam manajemen kelas. Beberapa perilaku dapat terjadi secara bersama-sama, oleh karena itu guru harus tanggang dalam merespon setiap perilaku peserta didik. Pendekatan proses kelompok hanya merupakan salah satu cara untuk mencegah sekaligus menangani masalah semacam ini. Pendekatan ini masih bisa dipadukan dengan pendekatan lain sesuai dengan kebutuhan dan situasi.
2.        Masalah kelompok
Masalah kelompok dapat terjadi kaena pembelajaran berlangsung dalam situasi kelompok kelas. Pendekatan proses kelompok dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan kelompok seperti ini. Akan tetapi, pendekatan proses kelompok sendiri juga dapat menimbulkan masalah kelompok semacam ini, sehingga dibutuhkan alternatif pendekatan lainnya. Dikenal adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas, yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
·           Kurangnya kekompakan
Kekompakan dapat terjalin dengan adanya suatu kecocokan dalam satu kelompok. Tanpa adanya kekompakan, maka akan menimbulkan resiko terjadinya suatu konflik yang berakibat proses kelompok menjadi tidak efektif. Hal yang utama yang perlu dilakukan adalah menumbuhkan rasa saling memiliki dan membutuhkan agar kekompakan dapat terbentuk.
·           Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok
Peraturan kelompok yang dibuat secara otoriter tidak akan berdampak baik untuk kegiatan kelompok itu sendiri. Jika  peraturan tidak dibuat oleh seluruh anggota kelompok, maka tanggung jawab terhadap peraturan tersebut juga kurang. apalagi jika peraturan yang dibuat terlalu sukar, maka peserta didik akan kurang bersimpati dengan peraturan itu.
·           Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
Terkadang, dalam suatu kelompok terjadi ketidakcocokan antar anggota kelompok yang disebabkan oleh beberapa hal sehingga menimbulkan reaksi negatif. Reaksi negatif ini dapat muncul karena telah terjadi konflik sebelumnya atau dapat juga karena penyimpangan individu yang dilakukan salah satu anggota. Hal ini juga akan mempengaruhi efektivitas proses kelompok.
·           Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang
Terkadang perilaku menyimpang yang dilakukan kelompok atau salah satu anggota kelompok mendapat dukungan dari kelompok atau anggota lain sehingga proses kelompok kurang terarah. Dalam hal ini, guru sebagai pemimpin utama harus memiliki kewibawaan yang kuat untuk mengarahkan kembali kegiatan.
·           Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja
Dalam kondisi lingkungan belajar yang kurang mantap, konsentrasi dan semangat kelompok menjadi labil. Dalam situasi tertentu, ketika terjadi gangguan baik dari dalam maupun dari luar kelompok kelas, akan ada kemungkinan terjadinya penyimpangan kegiatan kelompok. Kelompok akan mudah terbawa aktivitas pengganggu bahkan meniru kegiatan yang menyimpang tersebut.
·           Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes
Penyebab utama yang menimbulkan tingkah laku agresif kelompok adalah ketidakadilan yang dirasakan kelompok. Jika ini terjadi, maka gairah dan semangat kelompok untuk mengikuti kegiatanmenjadi berkurang atau bahkan hilang sama sekali yang ditunjukkan dengan keengganan kelompok untuk melaksanakan tugas.

·           Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
Tidak semua kelompok kelas memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan situasi yang terjadi pada lingkungannya. Saat kelompok cenderung nyaman dengan situasi yang dimilikinya, kemudian terjadi perubahan, maka akan berdampak kurang baik saat terjadi suatu perubahan. Perubahan itu antara lain berupa perubahan anggota kelompok, peraturan yang diganti, perubahan jadwal, dan pergantian guru.
Dalam menyelesaikan berbagai masalah yang berhubungan dengan kelompok ini, guru merupakan faktor kunci dalam penentu keberhasilan. Jika dalam menerapkan pendekatan proses kelompok timbul masalah semacam itu, guru harus mampu memberikan pengertian kepada peserta didik dan mencarikan solusi dengan menawarkan alternatif-alternatif pemecahan masalah kepada peserta didik sehingga diperoleh penerimaan kelompok.
Dalam melaksanakan manajemen kelas, tersapat empat langkah yang harus ditempuh seorang guru. Pertama, guru harus merumuskaan kondisi kelas yang dikehendaki. Kemudian, guru perlu menganalisis kondisi kelas yang ada pada saat ini untuk membandingkan kenyataan di kelas dengan kondisi yang diharapkan. Setelah itu, guru dapat memilih dan menggunakan strategi yang tepat untuk melakukan manajerial. Dan yang terakhir, guru perlu menilai efektivitas manajerial agar selanjutnya dapat dilakukan umpan balik. Louis V. Johnson dan Mary A. Bany (dalam Mulyadi, 2009:65), menggolongkan manajemen kelas melalui pendekatan proses kelompok menjadi dua jenis, yaitu pemudahan (fasilitation) dan mempertahankan (main essence). Pemudahan merupakan tingkah laku pengelolaan yang mengembangkan/mempermudah perkembangan kondisi-kondisi positif di dalam kelas sedangkan pempertahanan merupakan tingkah laku pengelolaan untuk memperbaiki / mempertahankan kondisi – kondisi efektif di dalam kelas.

Pemudahan (fasilitation)
Terdapat empat kegiatan pemudahan yang dikaitkan dengan pelaksanaan pendekatan proses kelompok di kelas, yaitu sebagai berikut.
1.        Mengusahakan terbinanya kesatuan dan kerjasama
Dalam suatu kegiatan kelompok, adanya kesatuan dan kerjasama merupakan hal pokok yang harus ditanamkan dan dikembangkan. Melalui persatuan, akan ada rasa saling menghargai perbedaan pendapat antar sesama angota kelompok maupun antar kelompok. Selain itu, kerjasama yang baik dan terorganisasi menjadi faktor penentu keberhasilan kegiatan kelompok. Dalam pendekatan proses kelompok, guru harus membantu peserta didik menciptakan kesatuan dan kerjasama ini dengan menyediakan kesempatan untuk saling berdiskusi, saling membantu menyelesaikan suatu persoalan, menanamkan pada peserta didik perlunya kerjasama dalam mencapai tujuan, dan membantu menciptakan kondisi kelompok yang menarik dan menyenangkan dalam pembelajaran.
2.        Mengembangkan aturan dan prosedur kerja
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh guru adalah cara mengembangkan aturan dan prosedur kerja. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya bahwa aturan merupakan pedoman dan batasan untuk bertingkah laku khususnya dalam suatu kelompok sosial. Sedangkan prosedur kerja menekankan pada alur atau tahapan yang harus dilaksanakan dalam suatu kegiatan. Dalam pendekatan proses kelompok, aturan dibuat melalui persetujuan bersama seluruh anggota kelompok kelas. Sedangkan dalam menetapkan prosedur kerja, guru hendaknya memberikan pengertian yang mudah dipahami peserta didik. Hal ini sebagai langkah agar aturan dan prosedur yang telah ditetapkan dapat terus ditaati dan dilaksanakan oleh peserta didik.
3.        Menerapkan cara-cara pemecahan masalah
Menerapkan cara-cara pemecahan masalah dilakukan dengan cara yang hampir sama dengan pemecahan masalah pada umumnya. Langkah yang dilakukan meliputi identifikasi masalah, menganalisis masalah, mencari dan mempertimbangkan alternatif pemecahan masalah, melakukan penilaian hasil, dan umpan balik. Jika hal itu terus dilakukan, maka guru akan memiliki banyak pengalaman dalam manajemen kelas yang nantinya akan berdampak positif pada pengelolaan kelas selanjutnya.
4.        Menyesuaikan pola tingkah laku kelompok (yang kurang diinginkan) yang selama ini ada di dalam kelompok kelas
Menyesuaikan pola tingkah laku kelompok agar tetap sesuai dengan tujuan pembelajaan bukan merupakan hal yang mudah. Itu karena setiap kelompok telah memiliki pola tersendiri. Terlebih lagi, jika kelompok tersebut juga merupakan kelompok diluar kelas yang kedudukannya sulit untuk diubah. Pengubahan pola tingkah laku kelompok ini dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan terencana. Guru dapat menciptakan kegiatan-kegiatan baru yang dapat mengurangi dan bahkan menghilangkan pola tingkah laku yang selama ini dianggap menimbulkan masalah manajemen kelas. Guru juga dapat menetapkan pola baru dalam kegiatan kelompok agar tidak terjadi suatu pengelompokan yang kurang sehat dalam kelas.
Mempertahankan (main essence)
Terdapat tiga cara untuk pemertahanan serta memperbaiki kondisi efektif di dalam kelompok kelas, yaitu sebagai berikut.
1.        Mempertahankan dan memperbaiki semangat
Tindakan mempertahankan dan memperbaiki semangat diperlukan sebab tinggi rendahnya semangat suatu kelompok akan mempengaruhi produktivitas kelompok tersebut. jika semangat kelompok tinggi, maka hasil yang diperoleh juga tinggi, begitu juga sebaliknya. Semangat yang muncul dalam suatu kelompok dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain keeratan kelompok,interaksi dan komunikasi yang terjadi baik di dalam maupun di luar kelompok, serta pemahaman dan kepedualian terhadap kepentingan kelompok dalam mencapai satu tujuan yang dihahrapkan. Dalam hal ini, guru dalam melakukan proses kelompok perlu mempertimbangkan penyebaran kepemimpinan, menciptakan suasana yang santai tetapi terarah, serta meningkatkan kerjasama antar anggota yang bukan merupakan persaingan.
2.        Mengatasi konflik
Suatu konflik atau pertentangan merupakan hal yang wajar dalam suatu proses kelompok. Terjadinya konflik tidak mungkin dapat dihindari mengingat setiap individu memiliki pemikiran dan kepentingan awal yang berbeda-beda. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban guru untuk menjadi mediator saat terjadi konflik dalam kelompok kelas. Guru harus bersikap bijaksana dan tidak memihak salah satu pihak agar proses penyelesaian dapat diterima pihak yang bertentangan. Tujuan dari mengatasi konflik ini adalah agar pihak yang bertentangan dapat saling mengurangi perbedaan dan secara bersama-sama menyatukan pikiran untuk menyelesaikan masalah kelompok. Konflik juga dapat terjadi antar kelompok, sehingga guru harus menjaga agar persaingan antar kelompok berlangsung dengan sehat. Untuk mencegah terjadinya konflik, guru dianjurkan untuk menguraikan sebanyak mungkin frustasi peserta didik dengan jalan memberikan kesempatan kepada kelompok untuk merumuskan dan mengusahakan pencapaian tujuan-tujuan yang mereka benar-benar sanggup mencapainya.
3.        Mengurangi masalah-masalah manajemen kelas
Dalam cara ini, guru harus menguasai dengan benar cara pemudahan dan mempertahankan yang telah dipaparkan sebelumnya. Tujuan dari pendekatan proses kelompok sendiri adalah menciptakan kondisi yangoptimal dengan mengurangi kemungkinan munculnya masalah-masalah manajemen kelas. Mengurangi masalah manajemen kelas dilakukan baik dalam dimensi preventif maupun dimensi kuratif, sebab manajemen kelas harus terus dilaksanakan selama proses pembelajaran.
Manajemen kelas kelas merupakan proses penciptaan kondisi yang memungkinkan peserta didik untuk belajar optimal serta cara untuk mempertahankan kondisi tersebut agar tetap kondusif. Kedua cara yang telah disebutkan di atas, baik cara pemudahan maupun cara mempertahankan dimaksudkan untuk mencapai tujuan manajemen tersebut. oleh karena itu, selain mengetahui langkah pemudahan, guru harus benar-benar memahami cara mempertahankan semangat, mengatasi konflik, dan juga mengurangi masalah manajemen agar kelas selalu dalam kondisi optimal.
Dalam penerapannya, melaksanakan manajemen kelas melalui pendekatan proses kelompok ini tidak lepas dari adanya metode-metode pembelajaran yang mendukung suatu proses kelompok. Guru harus pintar dalam memilih metode yang cocok untuk suatu proses dinamika kelompok. Sebagai contoh, saat ini terdapat model pembelajaran kooperatif dengan berbagai tipenya. Guru tinggal memilih dan menyesuaikan dengan situasi kelas yang dipegangnya. Atau dapat pula guru secara kreatif dan inovatif menciptakan metode tersendiri yang sekiranya mampu menciptakan sinergi antara pembelajaran dengan manajemen kelas. Di situlah letak keprofesionalan guru dalam mengatur dan mengelola kelas.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, model pembelajaran kooperatif menekankan pada penciptaan kelas yang aktif dalam situasi kelompok. Model ini memiliki berbagai jenis karena banyaknya variasi yang dapat diciptakan dari dinamika kelompok. Misalnya model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) yang memberikan apresiasi terhadap keberhasilan peserta didik. Lalu TGT (Teams Gaines Tournaments) yang memberikan kesempatan kelompok untuk bersaing secara sehat. Kemudian ada JIGSAW (Tim Ahli) yang menekankan pada aspek saling membelajarkan. Dan ada juga model Struktural yang memiliki beragam teknik untuk dipadukan sesuai kebutuhan. Masih banyak lagi model pembelajaran yang mendukung pendekatan proses kelompok untuk manajemen kelas.







Pendekatan proses kelompok (group process approach) disebut juga pendekatan sosio-psikologis merupakan pendekatan yang mengutamakan pengaturan dan pengoptimalan interaksi antar peserta didik dalam suatu kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.
Peranan pendekatan proses kelompok dalam membentuk guru profesional adalah sebagai salah satu cara untuk memenuhi empat kompetensi profesional guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, serta kompetensi profesional.
Masalah-masalah manajemen kelas yang dapat diatasi dengan pendekatan proses kelompok dapat dibedakan menjadi dua, yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Masalah individual dapat dikarenakan kegagalan dari seseorang untuk mewujudkan tujuan dan harapan yang diinginkan, terutama kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dalam lingkungan sosial. Masalah kelompok dapat terjadi kaena pembelajaran berlangsung dalam situasi kelompok kelas. Pendekatan proses kelompok juga dapat menimbulkan masalah kelompok.
Pelaksanaan pendekatan proses kelompok dalam manajemen kelas dibagi menjadi dua jenis, yaitu pemudahan (fasilitation) dan mempertahankan (main essence). Pemudahan merupakan tingkah laku pengelolaan yang mengembangkan/mempermudah perkembangan kondisi-kondisi positif di dalam kelompok kelas sedangkan pempertahanan merupakan tingkah laku pengelolaan untuk memperbaiki / mempertahankan kondisi – kondisi efektif di dalam kelompok kelas.


Saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut.
·           Sebelum menentukan pendekatan yang sesuai untuk mengatasi suatu masalah manajemen kelas, guru yang profesional harus mampu menganalisis latar belakang terjadinya suatu masalah agar diperoleh penyelesaian yang tepat.
·           Dalam penerapan pendekatan proses kelompok, guru dapat memadukan pendekatan lain yang relevan untuk mengatasi kelemahan pendekatan proses kelompok.
·           Guru harus kreatif dan inovatif dalam menerapkan pendekatan proses kelompok dalam berbagai model pembelajaran terutama model yang menekankan kerjasama kelompok, seperti model kooperatif.




Adzjiotarbiyah. 2012. Pendekatan Proses Kelompok (Group Process Approach). (Online), (http://adzjiotarbiyah.blogspot.com/2012/03/pendekatan-proses-kelompok-group.html, diakses 1 Januari 2013).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1982. Buku II: Modul Pengelolaan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.
Hasibuan dan Mudjiono. 1995. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.
Mulyadi. 2009. Classroom Management (Mewujudkan Suasana Kelas yang Menyenangkan Bagi Siswa). Malang. UIN- Malang Press.
R. Gunawan S. 2011. Dokumen Staf Unila: Developping of Teachers Professionallity (Online), (http://staff.unila.ac.id/radengunawan/files/2011/09/Profesionalitas-Guru.pdf, diakses 1 Januari 2013).
Santa. 2012. Makalah Pengelolaan Kelas dengan Pendekatan Proses Kelompok. (Online), (http://santastaga.wordpress.com/2012/04/04/makalah-pengelolaan-kelas-dengan-pendekatan-proses-kelompok/, diakses 1 Januari 2013).

No comments:

Post a Comment