MENJADI GURU
PROFESIONAL MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PROSES KELOMPOK DALAM
MANAJEMEN KELAS
Dalam Undang-Undang Sisdiknas, disebutkan bahwa guru merupakan
salah satu tenaga profesional yang memiliki tugas mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
melalui kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, guru memiliki dua
tugas pokok yaitu melakukan pengajaran dan mengelola kelas. pengajaran
merupakan kegiatan mengaktifkan pesesta didik dalam suatu kegiatan untuk
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Kegiatan guru di
dalam melakukan pengajaran meliputi menganalisis kebutuhan siswa, menyusun
rencana pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengevaluasi, serta
melakukan umpan balik. Melakukan pengajaran berbeda dengan kegiatan mengelola
kelas. Pengelolaan kelas yang biasa disebut manajemen kelas menekankan pada
penciptaan kondisi yang optimal agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan
efektif dan efisien. Meskipun dalam praktiknya kegiatan mengajar dan mengelola
kelas dilaksanakan secara bersama-sama dalam suatu pembelajaran, guru harus
memahami perbedaan di antara keduanya. Dengan begitu, guru akan dapat menangani
dengan tepat setiap masalah yang muncul dalam pembelajaran.
Sudah diketahui bahwa kegiatan pembelajaran yang berlangsung di
berbagai jenjang pendidikan saat ini merupakan kegiatan pembelajaran yang
berbasis kelas. Kelas merupakan sekelompok peserta didik yang memiliki tujuan
yang sama dan melakukan kegiatan pembelajaran secara bersama-sama melalui
situasi, kondisi, dan lingkungan yang diatur secara sengaja untuk mencapai
tujuan tersebut, dalam hal ini, gurulah yang melaksanakan fungsi mengatur atau
mengelola suatu kelas.dari pengertian kelas tersebut juga dapat dipahami bahwa
hampir seluruh kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam situasi kelompok. Tidak
dapat dihindari bahwa akan terjadi interaksi antar siswa dalam kelas tersebut.
Interaksi yang terjadi dapat mendukung tetapi juga dapat pula menimbulkan masalah
pengelolaan kelas. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan tentang penerapan
dan pemanfaatan interaksi tersebut melalui pendekatan proses kelompok. Melalui
pendekatan ini, diharapkan guru dapat meningkatkan hal positif yang diperoleh
melalui interaksi kelompok sehingga akan mengurangi atau bahkan menghilangkan
masalah manajemen kelas.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut.
a.
Apa pengertian pendekatan proses kelompok dalam
manajemen kelas?
b.
Bagaimana peranan pendekatan proses kelompok dalam
membentuk guru profesional?
c.
Apa saja masalah-masalah manajemen kelas yang dapat
diatasi dengan pendekatan proses kelompok?
d.
Bagaimana pelaksanaan pendekatan proses kelompok dalam
manajemen kelas?
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui:
a.
Pengertian pendekatan proses kelompok dalam manajemen
kelas.
b.
Peranan pendekatan proses kelompok dalam membentuk guru
profesional.
c.
Masalah-masalah manajemen kelas yang dapat diatasi
dengan pendekatan proses kelompok.
d.
Pelaksanaan pendekatan proses kelompok dalam manajemen
kelas.
Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini yaitu:
a.
Bagi penulis dan pembaca, makalah ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai pendekatan proses kelompok dalam manajemen
kelas sehingga dapat membantu guru atau calon guru dalam menerapkannya di
kelas.
b.
Bagi penulis dan pembaca, makalah ini juga dapat
membantu memahami cara menjadi guru yang profesional khususnya dalam melakukan
manajemen kelas dengan pendekatan proses kelompok.
c.
Bagi penulis, makalah ini merupakan pemenuhan tugas individu
mata kuliah Manajemen Kelas di semester 3 sebagai prasyarat untuk memperoleh
nilai uji kompetensi 4.
Pendekatan proses kelompok (group
process approach) disebut juga pendekatan sosio-psikologis merupakan
pendekatan yang mengutamakan pengaturan dan pengoptimalan interaksi antar
peserta didik dalam suatu kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien. Pendekatan
ini dipilih berdasarkan prinsip psikologi sosial dan dinamika kelompok.
Pendekatan proses kelompok memiliki beberapa latar belakang antara lain sebagai
berikut.
a.
Kenyataan bahwa kegiatan pembelajaran berlangsung dalam
kelompok yang berbasis kelas.
2.
Salah satu tugas guru adalah menciptakan dan
mempertahankan situasi kelompok kelas agar tetap efektif, efisien, dan
produktif.
c.
Kelompok kelas merupakan sistem sosial yang memiliki
prinsip-prinsip pengelolaan yang berlandaskan pendekatan kelompok.
Hasibuan dan Moedjiono (1995:177), mengungkapkan bahwa
pendekatan kelompok agar memiliki suatu ikatan yang kuat memerlukan beberapa
unsur yaitu tujuan kelompok, aturan, dan pemimpin.
a.
Tujuan kelompok
Tujuan kelompok dalam hal adalah tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai. Setiap kelompok dalam kelas harus mengetahui tujuan dari
dilakukannya suatu kegiatan kelompok. Dengan begitu, siswa akan lebih memahami
dan tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran. Ketidaktahuan akan
menimbulkan ketidakpedulian yang berakibat munculnya masalah manajemen kelas.
Dalam hal ini, guru memiliki peran merumuskan dan mengkomunikasikan kepada
peserta didik tentang tujuan atau goal yang
hendak dicapai.
b.
Aturan
Aturan dapat berarti batasan perilaku yang diperbolehkan untuk
dilakukan oleh anggota kelas, baik guru maupun peserta didik. Dalam membuat
peraturan, guru hendaknya bersikap demokratis. Aturan harus merupakan suatu
kesepakatan antara guru dengan peserta didik. Aturan yang dibuat secara
bersama-sama biasanya akan lebih dipatuhi dibanding guru membuat kebijaksanaan
secara otoriter.
c.
Pemimpin
Guru merupakan pemimpin utama dalam kelas. Sebagai pemimpin,
hal utama yang harus dilakukan adalah menjelaskan tujuan kelompok. Selain itu
dalam rangka menciptakan dan memelihara suasana kerja kelompok yang sehat, tugas
lain adalah mendorong dan memeratakan partisipasi, mengusahakan kerjasama,
mengurangi ketegangan, dan memperjelas partisipasi serta menerapkan sanksi.
Guru dapat memberikan tanggung jawab pemimpin kepada peserta didik untuk
memimpin kelompoknya, baik baik kelompok besar maupun kelompok kecil.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa di dalam pendekatan proses kelompok ini, peserta didik
diarahkan untuk saling berinteraksi dalam kegiatan kelompok yang secara sengaja
diatur oleh guru dengan menerapkan aturan yang telah disepakati untuk
menciptakan kondisi kelas optimal dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Richard A. Schmuck dan Patricia A. Schmuck (dalam Mulyadi,
2009:56), mengemukakan bahwa ada enam unsur yang menyangkut manajemen kelas
proses kelompok, yaitu harapan, kepemimpinan, kemenarikan, norma, komunikasi,
dan keeratan.
1.
Harapan (expectation)
Harapan berhubungan dengan tingkah laku anggota kelompok, dalam
hal ini adalah peserta didik yang mempengaruhi hubungan antar anggota kelompok,
baik guru dengan peserta didik maupun antarpeserta didik. Kelompok kelas yang
efektif terjadi apabila harapan yang ada pada diri guru dan siswa berjalan
searah dan menciptakan sikap saling pengertian akan harapan masing-masing.
2.
Kepemimpinan (leadership)
Dalam proses kelompok, kepemimpinan merupakan salah satu unsur yang menentukan
keberhasilan pembelajaran maupun manajemen kelas. Guru merupakan pemimpin utama
dalam kelompok kelas. Melalui pembelajaran kelompok, tugas kepemimpinan
diberikan kepada seluruh anggota kelompok. Dengan begitu, setiap peserta didik
memiliki tanggung jawab untuk mengatur dan memposisikan dirinya dalam suatu
kelompok. Melalui kepemimpinan, akan terjadi saling koreksi antar siswa
sehingga pelaksanaan manajemen kelas tidak sepenuhnya dari guru semata,
melainkan melalui interaksi antarpeserta didik. Guru yang efektif adalah guru
yang mampu mengembangkan mutu interaksi tersebut dengan menciptakan situasi
yang sesuai agar peserta didik melalui sikap kepemimpinan tetap berorientasi
pada tujuan belajar.
3.
Kemenarikan (attraction)
Kemenarikan berkaitan erat dengan pola keakraban dalam hubungan
kelompok kelas. Tingkat kemenarikan ini tergantung pada hubungan interpersonal
yang positif. Untuk itu usaha guru adalah meningkatkan sikap menerima dari para
anggota kelompok terhadap situasi dan perubahan ataupun hadirnya orang lain dalam
kelompok yang akan akan membantu efektivitas manajemen kelas melalui pendekatan
proses kelompok.
4.
Norma (norm)
Norma merupakan aturan bertingkah laku yang telah disepakati
dalam suatu kelompok. Norma kelompok yang efektif adalah yang menjamin
produktifitas kelompok dan sebaliknya. Tugas guru adalah membantu kelompok untuk
memahami, mengembangkan, serta mempertahankan norma-norma yang sesuai untuk
mencapai tujuan.
5.
Komunikasi (communication)
Komunikasi merupakan syarat utama terjadnya interaksi kelompok
di dalam kelas yang memungkinkan terjadinya proses kelompok yang efektif. Melalui
komunikasi, dapat terjadi hubungan timbal balik dan saling bertukar pendapat
antarpeserta didik. Tugas guru adalah menumbuhkan interaksi dan komunikasi yang
sehat dimana selain siswa diberi hak untuk mengungkapkan gagasan, siswa juga
harus bersedia menerima pendapat orang lain, sehingga tumbuh situasi kelas yang
kondusif.
6.
Keeratan (cohesiveness)
Keeratan dalam proses kelompok dipengaruhi oleh beberapa hal,
antara lain adanya perasaan suka dan nyaman dengan anggota kelompoknya, minat
yang besar terhadap pembelajaran, dan adanya penghargaan terhadap perannya
dalam kelompok. Keeratan kelompok juga dapat tumbuh karena tuntutan kebutuhan
individu yang dapat dipenuhi dengan jalan menjadi anggota kelompok itu. Guru
dapat mengelola kelas secara efektif apabila ia mampu menciptakan kelompok yang
erat dan saling bersinergi.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam
manajemen kelas proses kelompok guru harus memperhatikan harapan peserta didik
dalam mencapai tujuan pembelajaran serta berusaha menciptakan suasana yang
lebih mendukung melalui interaksi dan komunikasi yang terarah dalam situasi
kelompok sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik dan menantang.
Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Sisdiknas, guru
merupakan tenaga profesional. Guru dikatakan profesional sebab dalam
pembelajaran guru memerlukan suatu keahlian dan keterampilan, baik dalam
pengajaran maupun manajemen kelas sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Untuk menjadi guru yang profesional, guru harus menguasai
setidaknya empat kompetensi atau kemampuan. Kompetensi merupakan seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi
tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, serta kompetensi profesional.
1.
Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik seorang guru berhubungan dengan kemampuan
guru dalam memahami suatu tujuan pembelajaran, materi, serta cara
menyampaikannya. Kegiatan yang dilakukan antara lain: memahami peserta didik;
merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran; mengembangkan
pendidikan; memahami teori belajar, pembelajaran, strategi, kompetensi dan isi;
melaksanakan penilaian proses dan hasil; serta pengembangan akademik dan
nonakademik.
Dengan mengetahui pengertian dan penerapan pendekatan proses
kelompok dalam manajemen kelas merupakan salah satu cara guru dalam
mengembangkan kemampuan pedagogisnya. Hal itu karena pendekatan ini nantinya
dapat diterapkan dalam melaksanakan tugasnya di lapangan sebagai tenaga
pendidik yang kompeten.
2.
Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian seorang guru berhubungan dengan sikap
dan perilaku guru sebagai individu dalam menghadapi berbagai situasi. Guru yang
profesional harus memiliki sikap dan kepribadian: mantap dan stabil; dewasa;
arif dan berwibawa; memiliki akhlaq mulia; menaati norma hukum dan sosial;
memiliki rasa bangga terhadap profesinya; konsisten dengan norma; mandiri;
memiliki etos kerja yang tinggi; berpengaruh positif bagi lingkungannya dan
disegani; menaati norma religius; dapat diteladani; serta jujur.
Pendekatan proses kelompok dapat digunakan sebagai sarana untuk
menunjukkan kompetensi kepribadian yang dimiliki guru. Melalui pembelajaran
kelompok, guru dapat menanamkan berbagai nilai positif kepada peserta didik,
seperti kekompakan, sikap saling menghargai, keberanian, dan masih banyak lagi.
Jika guru berhasil melakukan hal tersebut, maka otomatis kewibawaan dan
kepercayaan diri guru menjadi meningkat.
3.
Kompetensi sosial
Kompetensi sosial seorang guru merupakan kemampuan guru dalam
berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat
dilakukan guru dengan bergaul dan mengakrabkan diri dengan peserta didik, rekan
kerja, dan masyarakat dengan bersikap
menarik, penuh empati, kolaboratif, suka menolong, mampu menjadi panutan, komunikatif,
serta kooperatif.
Sikap-sikap yang dikembangkan guru dalam kompetensi sosial ini
dapat diwujudkan melalui melalui interaksi dan komunikasi dengan berbagai
komponen dan lingkungan pendidikan. Dalam pendekatan proses kelompok ini,
interaksi lebih ditekankan pada komponen peserta didik. Di sini, selain
mengembangkan kompetensi sosialnya, guru juga mengembangkan kompetensi sosial
peserta didik melaluiberbagai kegiatan kelompok.
4.
Kompetensi profesional
Kompetensi profesional merupakan syarat yang paling esensial
dalam lingkup profesionalisme seorang guru. Dalam kompetensi ini, guru dituntut:
menguasai keilmuan bidang studi; memahami langkah kritis pendalaman isi bidang
studi; paham terhadap materi, struktur, konsep, dan keilmuan yang menaunginya;
mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari; serta memahami metode
pengembangan ilmu, telaah kritis dan inovatif terhadap bidang studi. Kompetensi
ini mengharuskan guru untuk benar-benar memahami kedudukan suatu ilmu dalam
pembelajaran maupun kehidupan sehari-hari.
Pemahaman tentang konsep pendekatan proses kelompok ini
merupakan salah satu langkah dalam memahami berbagai konsep pendekatan dalam
manajemen kelas. Guru dapat mengembangkan sendiri berbagai pendekatan yang
relevan ketika menerapkannya dalam kehidupan kelas. Sehingga, guru juga dapat
berkreasi dan berinovasi menciptakan kondisi yang produktif dengan dituasi yang
tetap kooperatif.
Dalam manajemen kelas, tindakan yang dilakukan dapat berupa dua
hal yaitu untuk mencegah dan/atau menanggulangi adanya masalah manajemen kelas
agar kelas tetap dalam situasi yang kondusif. Oleh karena itu, sebelum guru
menerapkan suatu pendekatan dalam manajemen kelas, guru terlebih dahulu
menganalisis berbagai masalah manajemen kelas, kemudian menentukan pendekatan
yang sesuai dengan masalah yang terjadi.
Pada dasarnya, pendekatan proses kelompok dapat digunakan dalam
menangani berbagai situasi permasalahan manajemen kelas. Hal yang paling
menentukan adalah cara guru dalam menerapkan pendekatan proses kelompok ini di
dalam kelompok kelas. Meskipun dengan pendekatan dan masalah yang sama, guru
yang berbeda dapat memberikan hasil yang berbeda pula dalam menyelesaikan suatu
permasalahan manajerial. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui masalah yang
biasanya muncul dalam manajemen kelas.
1.
Masalah
individual
Adanya masalah individual dapat dikarenakan kegagalan dari
seseorang untuk mewujudkan tujuan dan harapan yang diinginkan, terutama
kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dalam lingkungan sosial. Jika seorang
individu merasa gagal dalam mengembangkan dirinya, maka terdapat kecenderungan
individu tersebut akan berbuat menyimpang. Hal ini juga berlaku dalam
lingkungan sosial di kelas. Berdasarkan alasan tersebut, masalah manajemen
kelas dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut.
·
Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian)
Perilaku ini dilakukan peserta didik yang tidak atau belum
berhasil mengembangkan dirinya serta menemukan peran dalam suatu kelompok
dengan mencari perhatian orang lain melalui berbagai cara. Melalui proses
kelompok, diharapkan peserta didik menemukan suatu peranan yang sesuai dengan
kemampuannya yang dapat diwujudkan laksanakan melalui pemberian tanggung jawab
kelompok. Dengan begitu, potensi peserta didik untuk menciptakan masalah dapat
dicegah dan dialihkan untuk kegiatan yang lebih produktif. Dalam hal ini, guru
juga berperan membantu peserta didik dengan memberikan pengarahan dan perhatian
yang wajar.
·
Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan)
Tingkah laku ini ditandai dengan suatu bentuk penolakan peserta
didik terhadap suatu pembelajaran, sehingga cenderung menunjukkan suatu
pertentangan serta ketidakpatuhan. Jika dilihat melalui pendekatan proses
kelompok, masalah ini akan dapat diatasi dengan adanya aturan dan norma
kelompok yang merupakan kesepakatan bersama. Aturan dan norma tersebut akan
memaksa peserta didik yang bermasalah untuk mengikuti ketentuan. Selain itu,
proses kelpmpok juga dapat mencegah timbulnya perilaku ini karena kegiatan yang
disepakati bersama dapat mengurangi penolakan.
·
Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam)
Perilaku peserta didik dalam hal ini sering merasa sakit hati
dengan suatu bentuk kekalahan. Sakit hati tersebut diungkapkan dalam bentuk perilaku
yang cenderung negatif dan merusak, sehingga persaingan yang terjadi kurang
begitu sehat. Setiap anak yang menunjukkan perilaku menyimpang pastilah
memiliki alasan sendiri-sendiri yang melatarbelakanginya. Sehingga,pendekatan
yang digunakan pun dapat bermacam-macam. Pendekatan kelompok menjadi salah satu
alternatif jika masalah tersebut berhubungan dengan penerimaan antarindividu
dan pengembangan kerja sama dalam suatu kelompok kelas.
·
Helplessness
(peragaan ketidakmampuan)
Bentuk perilaku ini ditandai dengan tingkah laku peserta didik
yang pasif terhadap pembelajaran. Peserta didik sudah memiliki mainset bahwa dirinya tidak mampu
melakukan sesuatu yang benar dan akan selalu gagal. Sikap pasrah dan putus asa
akan sering ditunjukkan peserta didik. Melalui proses kelompok, masing-masing
siswa akan memiliki hak yang lebih besar untuk berhasil baik secara individu
mapun melalui keberhasilan kelompok. Guru juga akan lebih mudah mengontrol dan
mengaktifkan peserta didik yang berperilaku seperti ini melalui kegiatan
kelompok dengan memberikan bimbingan secara bergantian.
Keempat pola perilaku di atas merupakan masalah yang biasa
terjadi dalam manajemen kelas. Beberapa perilaku dapat terjadi secara
bersama-sama, oleh karena itu guru harus tanggang dalam merespon setiap
perilaku peserta didik. Pendekatan proses kelompok hanya merupakan salah satu
cara untuk mencegah sekaligus menangani masalah semacam ini. Pendekatan ini
masih bisa dipadukan dengan pendekatan lain sesuai dengan kebutuhan dan
situasi.
2.
Masalah
kelompok
Masalah kelompok dapat terjadi kaena pembelajaran berlangsung
dalam situasi kelompok kelas. Pendekatan proses kelompok dapat digunakan untuk
mengatasi masalah yang berhubungan dengan kelompok seperti ini. Akan tetapi,
pendekatan proses kelompok sendiri juga dapat menimbulkan masalah kelompok
semacam ini, sehingga dibutuhkan alternatif pendekatan lainnya. Dikenal adanya tujuh masalah
kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas, yang dapat dijelaskan
sebagai berikut.
·
Kurangnya
kekompakan
Kekompakan dapat terjalin dengan adanya suatu kecocokan dalam
satu kelompok. Tanpa adanya kekompakan, maka akan menimbulkan resiko terjadinya
suatu konflik yang berakibat proses kelompok menjadi tidak efektif. Hal yang
utama yang perlu dilakukan adalah menumbuhkan rasa saling memiliki dan
membutuhkan agar kekompakan dapat terbentuk.
·
Kekurangmampuan
mengikuti peraturan kelompok
Peraturan kelompok yang dibuat secara otoriter tidak akan
berdampak baik untuk kegiatan kelompok itu sendiri. Jika peraturan
tidak dibuat oleh seluruh anggota kelompok, maka tanggung jawab terhadap
peraturan tersebut juga kurang. apalagi jika peraturan yang dibuat terlalu
sukar, maka peserta didik akan kurang bersimpati dengan peraturan itu.
·
Reaksi
negatif terhadap sesama anggota kelompok
Terkadang, dalam suatu kelompok terjadi ketidakcocokan antar
anggota kelompok yang disebabkan oleh beberapa hal sehingga menimbulkan reaksi
negatif. Reaksi negatif ini dapat muncul karena telah terjadi konflik
sebelumnya atau dapat juga karena penyimpangan individu yang dilakukan salah
satu anggota. Hal ini juga akan mempengaruhi efektivitas proses kelompok.
·
Penerimaan
kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang
Terkadang perilaku menyimpang yang dilakukan kelompok atau
salah satu anggota kelompok mendapat dukungan dari kelompok atau anggota lain
sehingga proses kelompok kurang terarah. Dalam hal ini, guru sebagai pemimpin
utama harus memiliki kewibawaan yang kuat untuk mengarahkan kembali kegiatan.
·
Kegiatan
anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan,
berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota)
lainnya saja
Dalam kondisi lingkungan belajar yang kurang mantap,
konsentrasi dan semangat kelompok menjadi labil. Dalam situasi tertentu, ketika
terjadi gangguan baik dari dalam maupun dari luar kelompok kelas, akan ada
kemungkinan terjadinya penyimpangan kegiatan kelompok. Kelompok akan mudah
terbawa aktivitas pengganggu bahkan meniru kegiatan yang menyimpang tersebut.
·
Ketiadaan
semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes
Penyebab utama yang menimbulkan tingkah laku agresif kelompok
adalah ketidakadilan yang dirasakan kelompok. Jika ini terjadi, maka gairah dan
semangat kelompok untuk mengikuti kegiatanmenjadi berkurang atau bahkan hilang
sama sekali yang ditunjukkan dengan keengganan kelompok untuk melaksanakan
tugas.
·
Ketidakmampuan
menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
Tidak semua kelompok kelas memiliki kemampuan untuk beradaptasi
dengan perubahan situasi yang terjadi pada lingkungannya. Saat kelompok
cenderung nyaman dengan situasi yang dimilikinya, kemudian terjadi perubahan,
maka akan berdampak kurang baik saat terjadi suatu perubahan. Perubahan itu antara
lain berupa perubahan anggota kelompok, peraturan yang diganti, perubahan
jadwal, dan pergantian guru.
Dalam menyelesaikan berbagai masalah yang berhubungan dengan
kelompok ini, guru merupakan faktor kunci dalam penentu keberhasilan. Jika
dalam menerapkan pendekatan proses kelompok timbul masalah semacam itu, guru
harus mampu memberikan pengertian kepada peserta didik dan mencarikan solusi
dengan menawarkan alternatif-alternatif pemecahan masalah kepada peserta didik
sehingga diperoleh penerimaan kelompok.
Dalam melaksanakan manajemen kelas, tersapat empat langkah yang
harus ditempuh seorang guru. Pertama, guru harus merumuskaan kondisi kelas yang
dikehendaki. Kemudian, guru perlu menganalisis kondisi kelas yang ada pada saat
ini untuk membandingkan kenyataan di kelas dengan kondisi yang diharapkan.
Setelah itu, guru dapat memilih dan menggunakan strategi yang tepat untuk
melakukan manajerial. Dan yang terakhir, guru perlu menilai efektivitas
manajerial agar selanjutnya dapat dilakukan umpan balik. Louis V. Johnson dan Mary A. Bany (dalam Mulyadi,
2009:65), menggolongkan manajemen kelas melalui pendekatan proses kelompok
menjadi dua jenis, yaitu pemudahan (fasilitation)
dan mempertahankan (main essence).
Pemudahan merupakan tingkah laku pengelolaan yang mengembangkan/mempermudah
perkembangan kondisi-kondisi positif di dalam kelas sedangkan pempertahanan
merupakan tingkah laku pengelolaan untuk memperbaiki / mempertahankan kondisi –
kondisi efektif di dalam kelas.
Pemudahan
(fasilitation)
Terdapat empat kegiatan pemudahan yang dikaitkan dengan
pelaksanaan pendekatan proses kelompok di kelas, yaitu sebagai berikut.
1.
Mengusahakan terbinanya kesatuan dan kerjasama
Dalam suatu kegiatan kelompok, adanya kesatuan dan kerjasama
merupakan hal pokok yang harus ditanamkan dan dikembangkan. Melalui persatuan,
akan ada rasa saling menghargai perbedaan pendapat antar sesama angota kelompok
maupun antar kelompok. Selain itu, kerjasama yang baik dan terorganisasi
menjadi faktor penentu keberhasilan kegiatan kelompok. Dalam pendekatan proses
kelompok, guru harus membantu peserta didik menciptakan kesatuan dan kerjasama
ini dengan menyediakan kesempatan untuk saling berdiskusi, saling membantu menyelesaikan
suatu persoalan, menanamkan pada peserta didik perlunya kerjasama dalam
mencapai tujuan, dan membantu menciptakan kondisi kelompok yang menarik dan
menyenangkan dalam pembelajaran.
2.
Mengembangkan aturan dan prosedur kerja
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh guru adalah cara
mengembangkan aturan dan prosedur kerja. Seperti yang sudah dipaparkan
sebelumnya bahwa aturan merupakan pedoman dan batasan untuk bertingkah laku
khususnya dalam suatu kelompok sosial. Sedangkan prosedur kerja menekankan pada
alur atau tahapan yang harus dilaksanakan dalam suatu kegiatan. Dalam
pendekatan proses kelompok, aturan dibuat melalui persetujuan bersama seluruh
anggota kelompok kelas. Sedangkan dalam menetapkan prosedur kerja, guru
hendaknya memberikan pengertian yang mudah dipahami peserta didik. Hal ini
sebagai langkah agar aturan dan prosedur yang telah ditetapkan dapat terus
ditaati dan dilaksanakan oleh peserta didik.
3.
Menerapkan
cara-cara pemecahan masalah
Menerapkan cara-cara
pemecahan masalah dilakukan dengan cara yang hampir sama dengan pemecahan
masalah pada umumnya. Langkah yang dilakukan meliputi identifikasi masalah,
menganalisis masalah, mencari dan mempertimbangkan alternatif pemecahan
masalah, melakukan penilaian hasil, dan umpan balik. Jika hal itu terus
dilakukan, maka guru akan memiliki banyak pengalaman dalam manajemen kelas yang
nantinya akan berdampak positif pada pengelolaan kelas selanjutnya.
4.
Menyesuaikan pola tingkah laku kelompok (yang kurang
diinginkan) yang selama ini ada di dalam kelompok kelas
Menyesuaikan pola tingkah laku kelompok agar tetap sesuai
dengan tujuan pembelajaan bukan merupakan hal yang mudah. Itu karena setiap
kelompok telah memiliki pola tersendiri. Terlebih lagi, jika kelompok tersebut
juga merupakan kelompok diluar kelas yang kedudukannya sulit untuk diubah.
Pengubahan pola tingkah laku kelompok ini dapat dilakukan dengan melakukan
pendekatan terencana. Guru dapat menciptakan kegiatan-kegiatan baru yang dapat
mengurangi dan bahkan menghilangkan pola tingkah laku yang selama ini dianggap
menimbulkan masalah manajemen kelas. Guru juga dapat menetapkan pola baru dalam
kegiatan kelompok agar tidak terjadi suatu pengelompokan yang kurang sehat
dalam kelas.
Mempertahankan
(main essence)
Terdapat tiga cara untuk pemertahanan serta memperbaiki kondisi
efektif di dalam kelompok kelas, yaitu sebagai berikut.
1.
Mempertahankan dan memperbaiki semangat
Tindakan mempertahankan dan memperbaiki semangat diperlukan
sebab tinggi rendahnya semangat suatu kelompok akan mempengaruhi produktivitas
kelompok tersebut. jika semangat kelompok tinggi, maka hasil yang diperoleh
juga tinggi, begitu juga sebaliknya. Semangat yang muncul dalam suatu kelompok
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain keeratan kelompok,interaksi dan
komunikasi yang terjadi baik di dalam maupun di luar kelompok, serta pemahaman
dan kepedualian terhadap kepentingan kelompok dalam mencapai satu tujuan yang
dihahrapkan. Dalam hal ini, guru dalam melakukan proses kelompok perlu
mempertimbangkan penyebaran kepemimpinan, menciptakan suasana yang santai
tetapi terarah, serta meningkatkan kerjasama antar anggota yang bukan merupakan
persaingan.
2.
Mengatasi konflik
Suatu konflik atau pertentangan merupakan hal yang wajar dalam
suatu proses kelompok. Terjadinya konflik tidak mungkin dapat dihindari
mengingat setiap individu memiliki pemikiran dan kepentingan awal yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban guru untuk menjadi
mediator saat terjadi konflik dalam kelompok kelas. Guru harus bersikap
bijaksana dan tidak memihak salah satu pihak agar proses penyelesaian dapat
diterima pihak yang bertentangan. Tujuan dari mengatasi konflik ini adalah agar
pihak yang bertentangan dapat saling mengurangi perbedaan dan secara
bersama-sama menyatukan pikiran untuk menyelesaikan masalah kelompok. Konflik
juga dapat terjadi antar kelompok, sehingga guru harus menjaga agar persaingan
antar kelompok berlangsung dengan sehat. Untuk mencegah terjadinya konflik,
guru dianjurkan untuk menguraikan sebanyak mungkin frustasi peserta didik
dengan jalan memberikan kesempatan kepada kelompok untuk merumuskan dan
mengusahakan pencapaian tujuan-tujuan yang mereka benar-benar sanggup
mencapainya.
3.
Mengurangi masalah-masalah manajemen kelas
Dalam cara ini, guru harus menguasai dengan benar cara
pemudahan dan mempertahankan yang telah dipaparkan sebelumnya. Tujuan dari
pendekatan proses kelompok sendiri adalah menciptakan kondisi yangoptimal
dengan mengurangi kemungkinan munculnya masalah-masalah manajemen kelas.
Mengurangi masalah manajemen kelas dilakukan baik dalam dimensi preventif
maupun dimensi kuratif, sebab manajemen kelas harus terus dilaksanakan selama
proses pembelajaran.
Manajemen kelas kelas merupakan proses penciptaan kondisi yang
memungkinkan peserta didik untuk belajar optimal serta cara untuk
mempertahankan kondisi tersebut agar tetap kondusif. Kedua cara yang telah
disebutkan di atas, baik cara pemudahan maupun cara mempertahankan dimaksudkan
untuk mencapai tujuan manajemen tersebut. oleh karena itu, selain mengetahui
langkah pemudahan, guru harus benar-benar memahami cara mempertahankan
semangat, mengatasi konflik, dan juga mengurangi masalah manajemen agar kelas
selalu dalam kondisi optimal.
Dalam penerapannya, melaksanakan manajemen kelas melalui
pendekatan proses kelompok ini tidak lepas dari adanya metode-metode
pembelajaran yang mendukung suatu proses kelompok. Guru harus pintar dalam
memilih metode yang cocok untuk suatu proses dinamika kelompok. Sebagai contoh,
saat ini terdapat model pembelajaran kooperatif dengan berbagai tipenya. Guru
tinggal memilih dan menyesuaikan dengan situasi kelas yang dipegangnya. Atau
dapat pula guru secara kreatif dan inovatif menciptakan metode tersendiri yang
sekiranya mampu menciptakan sinergi antara pembelajaran dengan manajemen kelas.
Di situlah letak keprofesionalan guru dalam mengatur dan mengelola kelas.
Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, model pembelajaran kooperatif menekankan pada penciptaan
kelas yang aktif dalam situasi kelompok. Model ini memiliki berbagai jenis
karena banyaknya variasi yang dapat diciptakan dari dinamika kelompok. Misalnya
model pembelajaran STAD (Student
Teams Achievement Division) yang memberikan apresiasi terhadap keberhasilan
peserta didik. Lalu TGT (Teams Gaines Tournaments) yang memberikan
kesempatan kelompok untuk bersaing secara sehat. Kemudian ada JIGSAW (Tim Ahli) yang menekankan pada
aspek saling membelajarkan. Dan ada juga model Struktural yang memiliki beragam teknik untuk dipadukan sesuai
kebutuhan. Masih banyak lagi model pembelajaran yang mendukung pendekatan
proses kelompok untuk manajemen kelas.
Pendekatan proses kelompok (group
process approach) disebut juga pendekatan sosio-psikologis merupakan
pendekatan yang mengutamakan pengaturan dan pengoptimalan interaksi antar
peserta didik dalam suatu kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.
Peranan pendekatan proses kelompok dalam membentuk guru
profesional adalah sebagai salah satu cara untuk memenuhi empat kompetensi
profesional guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, serta kompetensi profesional.
Masalah-masalah manajemen kelas yang dapat diatasi dengan
pendekatan proses kelompok dapat dibedakan menjadi dua, yaitu masalah
individual dan masalah kelompok. Masalah individual dapat dikarenakan kegagalan
dari seseorang untuk mewujudkan tujuan dan harapan yang diinginkan, terutama
kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dalam lingkungan sosial. Masalah
kelompok dapat terjadi kaena pembelajaran berlangsung dalam situasi kelompok
kelas. Pendekatan proses kelompok juga dapat menimbulkan masalah kelompok.
Pelaksanaan pendekatan proses kelompok dalam manajemen kelas
dibagi menjadi dua jenis, yaitu pemudahan (fasilitation) dan mempertahankan (main essence). Pemudahan merupakan
tingkah laku pengelolaan yang mengembangkan/mempermudah perkembangan
kondisi-kondisi positif di dalam kelompok kelas sedangkan pempertahanan
merupakan tingkah laku pengelolaan untuk memperbaiki / mempertahankan kondisi –
kondisi efektif di dalam kelompok kelas.
Saran yang dapat diberikan penulis adalah
sebagai berikut.
·
Sebelum menentukan pendekatan yang sesuai untuk
mengatasi suatu masalah manajemen kelas, guru yang profesional harus mampu
menganalisis latar belakang terjadinya suatu masalah agar diperoleh
penyelesaian yang tepat.
·
Dalam penerapan pendekatan proses kelompok, guru
dapat memadukan pendekatan lain yang relevan untuk mengatasi kelemahan
pendekatan proses kelompok.
·
Guru harus kreatif dan inovatif dalam menerapkan
pendekatan proses kelompok dalam berbagai model pembelajaran terutama model
yang menekankan kerjasama kelompok, seperti model kooperatif.
Adzjiotarbiyah. 2012. Pendekatan
Proses Kelompok (Group Process Approach). (Online), (http://adzjiotarbiyah.blogspot.com/2012/03/pendekatan-proses-kelompok-group.html,
diakses 1 Januari 2013).
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1982. Buku II:
Modul Pengelolaan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan
Tinggi.
Hasibuan dan Mudjiono. 1995. Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Rosdakarya.
Mulyadi. 2009. Classroom
Management (Mewujudkan Suasana Kelas yang Menyenangkan Bagi Siswa). Malang.
UIN- Malang Press.
R. Gunawan S. 2011. Dokumen
Staf Unila: Developping of Teachers Professionallity (Online), (http://staff.unila.ac.id/radengunawan/files/2011/09/Profesionalitas-Guru.pdf,
diakses 1 Januari 2013).
Santa. 2012. Makalah
Pengelolaan Kelas dengan Pendekatan Proses Kelompok. (Online), (http://santastaga.wordpress.com/2012/04/04/makalah-pengelolaan-kelas-dengan-pendekatan-proses-kelompok/,
diakses 1 Januari 2013).
No comments:
Post a Comment