Tercebur
di Parit
Pada suatu hari, di sore hari yang cerah
aku diajak bermain oleh teman-temanku. Hari itu kami berencana untuk bermain layang-layang
di pinggir sawah. Meskipun aku tidak mempunyai layang-layang, aku tetap diajak
oleh teman-temanku yaitu Sinta, Riski, dan Bayu. Kami suka menerbangkan layang-layang
di sawah karena anginnya kencang dan
tidak ada pohon yang menghalangi. Aku merasa senang dapat menikmati sore itu
bersama teman-temanku.
Sebelum pergi, aku meminta izin kepada
ibuku. Ibuku sudah mengenal ketiga temanku. Aku diizinkan pergi ke sawah. Akan
tetapi, aku dinasihati ibuku untuk berhati-hati. Ibuku khawatir karena hari
sudah sore. Apalagi, di dekat sawah ada parit yang cukup lebar. Aku dan ketiga
temanku dipesan untuk saling menjaga satu sama lain. Ibuku meminta kami pulang
sebelum petang.
Aku yang merasa senang kurang
mendengarkan nasihat ibuku. Aku dan teman-temanku langsung berlari menuju
sawah. teman-temanku telah membawa layang-layang yang dibawa dari rumah beserta
benangnya. Kami berjalan beriringan di pinggir sawah mencari angin yang tepat
untuk menerbangkan layang-layang. Karena terlalu asyik, aku dan teman-temanku
tidak memperhatikan parit yang ada di sebelah kami.
“Wah, di sini anginnya bagus!” kata
Bayu.
“Iya, bagaimana kalau layang-layangnya
diterbangkan di sini saja?” tanya Sinta.
“Aku setuju,” jawab Riski.
“Biar aku bantu memegangi
layang-layangnya,” pintaku.
“Benar, tolong punyaku dulu, Asti!”
pinta Sinta.
“Oke!”
seruku.
Kemudian, aku bergerak mundur untuk mengulur
layang-layang Sinta. Aku terus bergerak tanpa memperhatikan langkahku.
Akibatnya, tiba-tiba kakiku tersandung batu di dekat parit. Aku tercebur ke
dalam parit tersebut.
Sinta, Riski, dan Bayu yang
mengetahui kejadian tersebut merasa kaget. Mereka langsung berlari menuju
tempatku terjatuh. Seluruh badanku berada di air. Untungnya, parit tersebut
tidak terlalu dalam. Riski dan Bayu langsung masuk ke dalam parit dan
menolongku keluar dari parit. Kemudian Sinta memegang badanku untuk diajak
pulang. Riski dan Bayu mengikuti dari belakang.
“Asti,
kamu tidak apa-apa?” tanya Riski.
“Iya, tidak apa-apa. Tadi hanya tersandung
batu yang ada di situ,” jawabku.
“Seharusnya kamu tadi lebih hati-hati,
Asti,” tambah Bayu.
“Iya, terima kasih sudah menolongku tadi,”
balasku.
“
Ayo, aku antar kamu pulang,” kata Sinta.
Setibanya di rumah, ibuku kaget melihat
anaknya basah kuyup. Ibuku langsung bertanya kepada Sinta. Lalu, Sinta pun menjelaskan
dengan jujur tentang peristiwa yang terjadi padaku.
“Sinta, apa yang terjadi dengan Asti?
Mengapa basah begitu?” tanya ibu.
“Anu Bu, tadi Asti terpeleset dan jatuh
ke parit,” jawab Sinta.
“Ya ampun, mengapa bisa terpeleset?
Bagaimana kejadiannya?” tanya ibu lagi.
“Tadi
Asti mau membantu Sinta menerbangkan layang-layang dan tidak melihat ada batu
di dekat parit. Asti tersandung dan tercebur ke parit. Bayu dan Riski tadi yang
menolong Asti keluar dari parit, Bu,” jelas Sinta.
Setelah mengerti, ibuku berterima kasih
kepada Sinta, Riski, dan Bayu karena sudah menolongku. Kemudian, mereka pulang
karena hari sudah petang. Ibu kemudian bertanya tentang keadaanku. Aku menjawab
bahwa aku tidak apa-apa. Sesaat kemudian, aku merasa mual-mual dan akhirnya muntah.
Hal ini karena aku tadi sempat meminum air yang ada di parit. Ibuku merasa
sedih melihat keadaanku.
Setelah itu, ibu
membantuku membersihkan badanku yang kotor dan basah. Ibu juga sempat
memarahiku karena tidak mendengarkan nasihat beliau. Meskipun dimarahi, aku
diam karena aku tahu kesalahanku. Kemudian, ibu menyuruhku mandi agar badanku
benar-benar bersih.
Setelah selesai mandi,
aku menemui ibu yang sedang menyiapkan makan malam. Aku meminta maaf kepada ibu
karena tidak mendengarkan nasihat beliau dan membuat beliau menjadi khawatir.
Aku juga berjanji akan lebih berhati-hati lain kali. Ibu senang mendengar
perkataanku. Ibu tersenyum dan menyuruhku makan.
No comments:
Post a Comment