Thursday, July 4, 2013

Parafrase "Senja di Pelabuhan Kecil"

SENJA DI PELABUHAN KECIL
Karya Chairil Anwar

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis memepercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air hilang ombak

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap




Parafrase
Dalam bait pertama puisi yang berjudul ”Senja di Pelabuhan Kecil” diatas, penyair mengungkapkan perasaan hatinya yang sedang merasa sedih. Kesedihan tersebut tampak dari kata-kata penyair yang menggambarkan tidak adanya cinta. Cinta merupakan sumber kebahagiaan, akan tetapi penyair sedang tidak merasakan cinta sehingga merasa kesepian. Penyair mengungkapkan suasana hatinya melalui gambaran suasana tepi laut yang dilihatnya. Gudang dan rumah tua menunjukkan tempat yang tidak lagi terurus dan tak berpenghuni dengan tiang dan temali yang berserakan. Keadaan dirinya juga digambarkan melalui kapal dan perahu. Penyair merasa hatinya sedang tidak bergejolak, seperti kapal dan perahu yang sedang tidak berlayar di lautan dan hanya menambatkan diri di tepi laut. Penyair berusaha tegar dalam rasa sedihnya tersebut. Kata-kata yang digunakan penyair juga seperti ingin menghibur diri dalam kesendirian.
Pada bait kedua, penyair lebih memperdalam penggambaran suasana hatinya yang sedang muram. Hati yang muram seperti gerimis yang diliputi mendung. Suasana tersebut sangat cocok mewakili pikiran penyair yang sedang kelam. Penyair mungkin larut dalam suasana tersebut dan tenggelam dalam lamunan. Ia menceritakan adanya burung elang yang biasa mencari ikan di laut. Burung elang tersebut seperti hiburan bagi penyair yang sedang memandang laut. Penyair juga memandang matahari yang tertutup mendung persis seperti hati penyair yang tertutup kesedihan. Matahari yang hampir tenggelam di waktu senja seperti menggambarkan akhir dari suatu kehidupan. Penyair seperti mengungkapkan bahwa dirinya telah kehilangan sumber kebahagiaan seperti ombak yang datang membawa air ke pantai dan mengambil sebagian pasir pantai ke laut. Kehidupan seolah tidak bergerak karena penyair sedang kehilangan semangat hidup. Laut di senja hari merupakan tempat yang sesuai untuk melukiskan kehidupan yang sepi.

Di bait terakhir, penyair seolah-olah merasa putus asa dengan kesedihan yang dialaminya. Hal ini tercermin dari kata-kata penyair yang masih belum juga menemukan semangat hidup. Penyair merasa hanya hidup seorang diri di dunia ini. Pantai yang sepi tanpa hiruk-pikuk manusia digunakan sebagai penggambaran hidupnya. Meskipun penyair berusaha menghibur diri dengan kedamaian suasana pantai, akan tetapi ia tidak juga menemukan sesuatu yang bisa membangkitkan semangat hidupnya. Ia seperti baru saja kehilangan suatu harapan dan hal tersebut membuat penyair tidak mempunyai harapan lagi dalam hidup ini. Semenanjung merupakan daratan yang menjorok ke laut. Ujung dari semenanjung bisa berarti jurang yang langsung berbatasan dengan laut. Kata selamat jalan seolah memberikan pengertian bahwa penyair ingin meninggalkan kehidupannya yang sepi dan tanpa harapan. Mungkin dengan begitu, segala kesedihan, kedukaan, dan kesepian yang ia rasakan akan hilang.

2 comments: