SENJA DI PELABUHAN
KECIL
Karya Chairil Anwar
Karya Chairil Anwar
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis memepercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air hilang ombak
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
Parafrase
Dalam bait
pertama puisi yang berjudul ”Senja di Pelabuhan Kecil” diatas, penyair
mengungkapkan perasaan hatinya yang sedang merasa sedih. Kesedihan tersebut
tampak dari kata-kata penyair yang menggambarkan tidak adanya cinta. Cinta
merupakan sumber kebahagiaan, akan tetapi penyair sedang tidak merasakan cinta
sehingga merasa kesepian. Penyair mengungkapkan suasana hatinya melalui
gambaran suasana tepi laut yang dilihatnya. Gudang dan rumah tua menunjukkan
tempat yang tidak lagi terurus dan tak berpenghuni dengan tiang dan temali yang
berserakan. Keadaan dirinya juga digambarkan melalui kapal dan perahu. Penyair
merasa hatinya sedang tidak bergejolak, seperti kapal dan perahu yang sedang
tidak berlayar di lautan dan hanya menambatkan diri di tepi laut. Penyair
berusaha tegar dalam rasa sedihnya tersebut. Kata-kata yang digunakan penyair
juga seperti ingin menghibur diri dalam kesendirian.
Pada bait
kedua, penyair lebih memperdalam penggambaran suasana hatinya yang sedang
muram. Hati yang muram seperti gerimis yang diliputi mendung. Suasana tersebut
sangat cocok mewakili pikiran penyair yang sedang kelam. Penyair mungkin larut
dalam suasana tersebut dan tenggelam dalam lamunan. Ia menceritakan adanya
burung elang yang biasa mencari ikan di laut. Burung elang tersebut seperti
hiburan bagi penyair yang sedang memandang laut. Penyair juga memandang
matahari yang tertutup mendung persis seperti hati penyair yang tertutup
kesedihan. Matahari yang hampir tenggelam di waktu senja seperti menggambarkan
akhir dari suatu kehidupan. Penyair seperti mengungkapkan bahwa dirinya telah
kehilangan sumber kebahagiaan seperti ombak yang datang membawa air ke pantai
dan mengambil sebagian pasir pantai ke laut. Kehidupan seolah tidak bergerak
karena penyair sedang kehilangan semangat hidup. Laut di senja hari merupakan
tempat yang sesuai untuk melukiskan kehidupan yang sepi.
Di bait
terakhir, penyair seolah-olah merasa putus asa dengan kesedihan yang
dialaminya. Hal ini tercermin dari kata-kata penyair yang masih belum juga
menemukan semangat hidup. Penyair merasa hanya hidup seorang diri di dunia ini.
Pantai yang sepi tanpa hiruk-pikuk manusia digunakan sebagai penggambaran
hidupnya. Meskipun penyair berusaha menghibur diri dengan kedamaian suasana
pantai, akan tetapi ia tidak juga menemukan sesuatu yang bisa membangkitkan
semangat hidupnya. Ia seperti baru saja kehilangan suatu harapan dan hal
tersebut membuat penyair tidak mempunyai harapan lagi dalam hidup ini.
Semenanjung merupakan daratan yang menjorok ke laut. Ujung dari semenanjung
bisa berarti jurang yang langsung berbatasan dengan laut. Kata selamat jalan
seolah memberikan pengertian bahwa penyair ingin meninggalkan kehidupannya yang
sepi dan tanpa harapan. Mungkin dengan begitu, segala kesedihan, kedukaan, dan kesepian
yang ia rasakan akan hilang.
Makasih ya kak;) bagus banget parafrase-nya(y)
ReplyDeleteThank u so much
ReplyDelete