BANGSAL MALIGI
Bangsal Maligi merupakan bagian dari Sasana Sewaka
berupa bangunan tambahan yang berada tepat di tengah bagian depan pendhapa
Sasana Sewaka. Sasana Sewaka sendiri merupakan salah satu bangunan utama
keraton Surakarta dimana raja kasunanan Surakarta bertahta. Jika
dilihat, bangunan pendhapa Sasana Sewaka menghadap ke timur. Sehingga, bangsal
Maligi berada di bagian timur Sasana Sewaka. Bangsal Maligi dapat diibaratkan
sebagai tingkatan yang paling rendah dari kedudukan seseorang. Hal ini karena
bentuk bangunan Sasana Sewaka berupa rumah Joglo yang bertingkat. Singgasana
Raja merupakan tingkatan yang paling tinggi, sedangkan bangsal Maligi sejajar
tingkatannya dengan Kaki Paningrat yang merupakan emperan Sasana Sewaka.
Pada bagian atas Bangsal Maligi terdapat atap yang
berbentuk piramid. Atap tersebut terdiri dari balok-balok kayu yang biasa
disebut Tumpang Sari. Kemudian bagian atas Tumpang Sari ditutup dengan
langit-langit yang biasa disebut Ceplok.
Atap dan lantai Bangsal Maligi dihubungkan oleh 8 tiang yang berwarna putih.
Tiang tersebut berukuran lebih kecil dibandingkan tiang-tiang yang menyangga
pendhapa Sasana Sewaka. Selain warna, bahan dan bentuknya pun terlihat berbeda
dengan saka (tiang penyangga)
pendhapa Sasana Sewaka . Di antara tiang-tiang penyangga Bangsal Maligi juga
digantungkan 3 buah lampu hias yang mirip lampu kristal.
Dilihat dari sejarahnya, bangsal Maligi dibangun pada
masa pemerintahan Paku Buwono IX (1861-1893). Bangsal Maligi dan Kaki Paningrat
merupakan bangunan tambahan pada pendhapa Sasana Sewaka. Pada masa pemerintahan
Paku Buwono X (1893 - 1939), Sasana Sewaka termasuk juga bangsal Maligi
mengalami renovasi. Renovasi tersebut meliputi penggantian lantai dengan batu
marmer dan pemberian lampu-lampu kristal. Karena pengaruh budaya barat yang
kuat pada masa itu, maka bahan renovasi pun didatangkan dari luar negeri.
Marmer yang digunakan berasal dari Carrara, Italia dan lampu kristal berasal
dari Bohemia, Ceko. Akan tetapi, pada masa pemerintahan Paku Buwono XII, tepatnya
tanggal 31 Januari tahun 1985, terjadi kebakaran akibat dari konsleting
listrik. Sehingga, Sasana Sewaka termasuk bangsal Maligi dilakukan renovasi
kembali. Marmer yang semula berasal dari Italia diganti dengan marmer yang
berasal dari Besole, Tulungagung, Jawa Timur. Selain itu, lampu kristal yang
tadinya berasal dari Ceko diganti dengan lampu dari Kedawung Subur, Surabaya.
Semuanya dibuat sama persis seperti sebelum terjadi kebakaran.
Secara fisik, Bangsal Maligi merupakan bagian dari
Sasana Sewaka. Sehingga, setiap kegiatan yang dilakukan di Sasana Sewaka, juga
akan melibatkan Bangsal Maligi, meskipun bukan bagian utama. Pendhapa Sasana
Sewaka dahulu digunakan sebagai tempat para pejabat keraton menghadap raja. Saat
ini, Sasana Sewaka masih digunakan dalam upacara-upacara adat yang bersifat
resmi. Bangsal Maligi dapat digunakan sebagai tempat pendukung dalam
acara-acara tersebut. Misalnya ketika diadakan acara kirab pusaka malam 1 Sura,
Bangsal Maligi digunakan sebagai tempat acara tahlilan. Dengan adanya Bangsal
Maligi, Sasana Sewaka juga menjadi semakin luas.
Jika diterjemahkan, bangsal Maligi berasal dari kata bangsal yang berarti rumah dan maligi
yang berarti cermat dalam melihat persoalan. Secara tidak langsung, Bangsal
Maligi memiliki fungsi sebagai pengingat untuk manusia agar selalu cermat dalam
menghadapi masalah atau persoalan sehingga tidak berbuat gegabah. Meskipun bukan
bagian utama, lantai Bangsal Maligi juga terbuat dari marmer putih seperti
bagian lainnya. Marmer putih yang bening memiliki arti bahwa manusia harus
selalu melakukan introspeksi diri, tidak peduli ia seorang raja ataupun rakyat
jelata. Sehingga, selain memiliki fungsi fisik, Bangsal Maligi juga memiliki
fungsi religius.
Setiap bangunan di keraton Surakarta memiliki keunikan
tersendiri, begitu pula di Bangsal Maligi. Jika dilihat, Bangsal Maligi
memiliki posisi yang strategis. Hal ini karena letak bangunannya yang lebih
depan dibanding bangunan bagian Sasana Sewaka yang lainnya. Selain itu, di
sekeliling Bangsal Maligi terdapat patung dari Vatikan yang bergaya Romawi. Hal
tersebut tentu menjadikan Bangsal Maligi sebagai salah satu perhatian utama
ketika memasuki keraton Surakarta. Jika direnungkan, Bangsal Maligi juga
memiliki keunikan spiritual. Dapat dikatakan, Bangsal Maligi merupakan “pintu
depan” Sasana Sewaka. Sehingga, Bangsal Maligi merupakan tempat peralihan
menuju tempat yang baru, khususnya menuju tingkatan yang lebih tinggi. Dalam
peralihan tersebut, manusia harus lebih cermat dan waspada dalam setiap langkah
yang akan diambil selanjutnya.
No comments:
Post a Comment