Thursday, December 5, 2013

BANGSAL MALIGI KERATON SURAKARTA

BANGSAL MALIGI
Bangsal Maligi merupakan bagian dari Sasana Sewaka berupa bangunan tambahan yang berada tepat di tengah bagian depan pendhapa Sasana Sewaka. Sasana Sewaka sendiri merupakan salah satu bangunan utama keraton Surakarta dimana raja kasunanan Surakarta bertahta. Jika dilihat, bangunan pendhapa Sasana Sewaka menghadap ke timur. Sehingga, bangsal Maligi berada di bagian timur Sasana Sewaka. Bangsal Maligi dapat diibaratkan sebagai tingkatan yang paling rendah dari kedudukan seseorang. Hal ini karena bentuk bangunan Sasana Sewaka berupa rumah Joglo yang bertingkat. Singgasana Raja merupakan tingkatan yang paling tinggi, sedangkan bangsal Maligi sejajar tingkatannya dengan Kaki Paningrat yang merupakan emperan Sasana Sewaka.
Pada bagian atas Bangsal Maligi terdapat atap yang berbentuk piramid. Atap tersebut terdiri dari balok-balok kayu yang biasa disebut Tumpang Sari. Kemudian bagian atas Tumpang Sari ditutup dengan langit-langit yang biasa disebut Ceplok. Atap dan lantai Bangsal Maligi dihubungkan oleh 8 tiang yang berwarna putih. Tiang tersebut berukuran lebih kecil dibandingkan tiang-tiang yang menyangga pendhapa Sasana Sewaka. Selain warna, bahan dan bentuknya pun terlihat berbeda dengan saka (tiang penyangga) pendhapa Sasana Sewaka . Di antara tiang-tiang penyangga Bangsal Maligi juga digantungkan 3 buah lampu hias yang mirip lampu kristal.
Dilihat dari sejarahnya, bangsal Maligi dibangun pada masa pemerintahan Paku Buwono IX (1861-1893). Bangsal Maligi dan Kaki Paningrat merupakan bangunan tambahan pada pendhapa Sasana Sewaka. Pada masa pemerintahan Paku Buwono X (1893 - 1939), Sasana Sewaka termasuk juga bangsal Maligi mengalami renovasi. Renovasi tersebut meliputi penggantian lantai dengan batu marmer dan pemberian lampu-lampu kristal. Karena pengaruh budaya barat yang kuat pada masa itu, maka bahan renovasi pun didatangkan dari luar negeri. Marmer yang digunakan berasal dari Carrara, Italia dan lampu kristal berasal dari Bohemia, Ceko. Akan tetapi, pada masa pemerintahan Paku Buwono XII, tepatnya tanggal 31 Januari tahun 1985, terjadi kebakaran akibat dari konsleting listrik. Sehingga, Sasana Sewaka termasuk bangsal Maligi dilakukan renovasi kembali. Marmer yang semula berasal dari Italia diganti dengan marmer yang berasal dari Besole, Tulungagung, Jawa Timur. Selain itu, lampu kristal yang tadinya berasal dari Ceko diganti dengan lampu dari Kedawung Subur, Surabaya. Semuanya dibuat sama persis seperti sebelum terjadi kebakaran.
Secara fisik, Bangsal Maligi merupakan bagian dari Sasana Sewaka. Sehingga, setiap kegiatan yang dilakukan di Sasana Sewaka, juga akan melibatkan Bangsal Maligi, meskipun bukan bagian utama. Pendhapa Sasana Sewaka dahulu digunakan sebagai tempat para pejabat keraton menghadap raja. Saat ini, Sasana Sewaka masih digunakan dalam upacara-upacara adat yang bersifat resmi. Bangsal Maligi dapat digunakan sebagai tempat pendukung dalam acara-acara tersebut. Misalnya ketika diadakan acara kirab pusaka malam 1 Sura, Bangsal Maligi digunakan sebagai tempat acara tahlilan. Dengan adanya Bangsal Maligi, Sasana Sewaka juga menjadi semakin luas.
Jika diterjemahkan, bangsal Maligi berasal dari kata bangsal yang berarti  rumah dan maligi yang berarti cermat dalam melihat persoalan. Secara tidak langsung, Bangsal Maligi memiliki fungsi sebagai pengingat untuk manusia agar selalu cermat dalam menghadapi masalah atau persoalan sehingga tidak berbuat gegabah. Meskipun bukan bagian utama, lantai Bangsal Maligi juga terbuat dari marmer putih seperti bagian lainnya. Marmer putih yang bening memiliki arti bahwa manusia harus selalu melakukan introspeksi diri, tidak peduli ia seorang raja ataupun rakyat jelata. Sehingga, selain memiliki fungsi fisik, Bangsal Maligi juga memiliki fungsi religius.

Setiap bangunan di keraton Surakarta memiliki keunikan tersendiri, begitu pula di Bangsal Maligi. Jika dilihat, Bangsal Maligi memiliki posisi yang strategis. Hal ini karena letak bangunannya yang lebih depan dibanding bangunan bagian Sasana Sewaka yang lainnya. Selain itu, di sekeliling Bangsal Maligi terdapat patung dari Vatikan yang bergaya Romawi. Hal tersebut tentu menjadikan Bangsal Maligi sebagai salah satu perhatian utama ketika memasuki keraton Surakarta. Jika direnungkan, Bangsal Maligi juga memiliki keunikan spiritual. Dapat dikatakan, Bangsal Maligi merupakan “pintu depan” Sasana Sewaka. Sehingga, Bangsal Maligi merupakan tempat peralihan menuju tempat yang baru, khususnya menuju tingkatan yang lebih tinggi. Dalam peralihan tersebut, manusia harus lebih cermat dan waspada dalam setiap langkah yang akan diambil selanjutnya.

No comments:

Post a Comment