Monday, August 13, 2012

CATATANKU 3


Mencari jati diri (bagian 3)
Tidak terasa hampir tiga tahun menjalani kehidupanku sebagai pelajar SMA. Ya, kini aku telah berada di kelas XII, masa yang paling kritis dalam memasuki dunia dewasa. Di tahun ini, aku tidak memiliki kisah cinta untuk diungkapkan. Siapa yang tidak tahu kalau pada saat ini semua siswa kelas XII akan menghadapi dua hal penting dalam hidupnya. Yang pertama, mereka akan menghadapi ujian sekolah sekaligus ujian nasional dan yang kedua, mereka harus berusaha mati-matian untuk memasuki sekolah tinggi yang diinginkan. Aku sama seperti murid kebanyakan, dihadapkan lagi pada suatu dilema yang besar. Sampai akhir semester satu, aku belum memiliki pandangan sama sekali tentang masa depanku.
Aku ingat mengenai cita-citaku semasa kecil yang masih aku bawa sampai sekarang. Menjadi seorang guru yang pada saat itu merupakan satu-satunya pekerjaan yang aku inginkan. Dan di saat seperti ini, aku berfikir dunia begitu rumit. Aku hanya ingin menjadi manusia yang sederhana, menjalani hidup ini dengan cara yang sederhana, dan di tempat yang sederhana tentunya. Pikiranku yang terkesan pendek itu bukan tanpa alasan. Kehidupanku dan keluargaku telah menjalani masa-masa yang sulit selama beberapa tahun ini, terutama dengan dijualnya setengah tanah keluarga yang otomatis akan membuatku kehilangan rumah juga. Bagaimana mungkin dengan hampir tanpa modal, aku dapat memikirkan sekolah tinggi ataupun universitas yang kuinginkan. Saat seperti ini merupakan titik keputusasaan dalam hidup. Tapi, aku selalu menekankan bahwa aku tidak boleh menyesal akan apa pun, termasuk masuk ke SMA ini dengan modal akal dan keberanian. Sejenak aku menjadi semangat, aku mulai berfikir beberapa alternatif yang bisa aku lakukan untuk memulai masa depan. Lagi pula, di desaku hampir tidak ada orang yang kuliah, apalagi seorang wanita. Aku membayangkan diriku tidaklah berbeda dengan mereka, yang mungkin akan bekerja setelah lulus sekolah nanti.
Meskipun kesempatan untuk melanjutkan sekolah sangatlah sempit, aku masih memiliki sedikit keinginan untuk mencoba. Salah satunya, aku mendaftar beasiswa di salah satu sekolah swasta di Yogyakarta, tapi aku pun tidak berharap banyak. Di semester dua ini, semua siswa kelas XII akan sibuk mengurusi pendaftaran seleksi mahasiswa melalui PMDK baik jalur reguler maupun beasiswa “Bidik Misi” yang mulai berlaku tahun kemarin. Seleksi tersebut berdasarkan nilai semester dari semester I smpai semester V selama di SMA. Aku ingin mengikutinya meskipun berdasarkan pengalaman kakak kelas tahun lalu, harapannya tipis. Hanya siswa dengan nilai istimewa yang mungkin akan diterima apalagi melalui beasiswa. Aku pikir itu salah satu kesempatan yang memang harus dicoba semua siswa.
Rasanya sang surya baru saja terbit di ufuk timur ketika mengetahui perubahan peraturan tentang penerimaan mahasiswa melalui jalur PMDK sekaligus beasiswa BM. Untuk pertama kalinya peraturan tersebut berlaku di seluruh Indonesia. Hanya 25% siswa yang dapat mendaftar PMDK dan hanya setengahnya yang mendapat kesempatan mendaftar beasiswa BM. Aku tidak percaya dengan keberuntungan, karena memang semua hal yang ada di dunia ini tidak terjadi secara kebetulan. Tuhan Maha Mengetahui dan telah mengatur segala sesuatu termasuk memasukkanku dalam 10% tersebut. Rasanya seperti pintu masa depan dibuka lebih lebar untukku. Apakah mungkin aku akan diberi kesempatan untuk memasukinya.
Aku begitu berharap dan begitu cemas hingga aku membuat janji terhadap Tuhan dan diriku sendiri. Aku ingin memnutup diriku seandainya aku memang memiliki kesempatan itu, kesempatan untuk mengejar mimpi yang tadinya mustahil. Hal itu tentu akan kulakukan secara perlahan-lahan mengingat keadaanku saat ini. Aku belum begitu mengerti kenapa aku menginginkan hal itu. Aku merasa hatiku belum sepenuhnya tertutup. Tapi, jika memang aku mendapat anugerah tersebut, bukankah itu sesuatu yang sangat luar biasa yang mampu Tuhan berikan kepada hamba-Nya.
Karena aku terlalu yakin dengan hasil seleksi PMDK, aku melewatkan panggilan tes masuk lain. Dan hasilnya, puji syukur kepada Allah Swt. yang pada akhirnya memberiku pintu untuk meraih cita-citaku. Aku sementara diterima di universitas negeri di Surakarta. Betapa bahagianya, meskipun jurusan yang diterima bukan pilihan utama, akan tetapi aku masih dalam lingkup keguruan, tepatnya pendidikan guru SD. Sebuah perjuangan yang tidak sia-sia dari awal masuk SMA hingga titik akhir. Takdir Tuhan memang selalu tak terduga. Jalan yang membimbingku untuk masuk ke SMA favorit di Sukoharjo, ternyata merupakan langkah awal dalam mengantarku menjadi manusia yang lebih baik. Terkadang, aku memikirkan lagi segala kesalahan yang telah aku lakukan selama tiga tahun ini. Apakah aku pantas memperoleh semua ini setelah aku sedikit lalai dengan kewajibanku. Aku begitu bersyukur sekaligus merasa bersalah kepada Tuhan yang selalu mengasihi hamba-Nya walaupun terkadang lupa untuk mensyukuri nikmat-Nya. Aku memang belum tahu tantangan apa lagi yang akan aku peroleh kelak ketika aku sudah menjadi seorang mahasiswa. Hanya saja, sekarang aku telah menemukan jalanku, tugasku, dan tanggung jawabku. Tidak terlepas dari semua kesalahanku dahulu, aku ingin memperbaikinya sedikit demi sedikit seiring menepati janjiku pada Tuhan sebelumnya.

No comments:

Post a Comment