Monday, August 13, 2012

SEMESTER II


Membentuk diri (bagian 2)
Tidak terasa satu tahun sebagai mahasiswa PGSD telah terlewati. Rasanya baru kemarin aku menerima pengumuman penerimaan PMDK, ternyata itu sudah satu tahun yang lalu. Masih ada setidaknya tiga tahun lagi sampai aku bisa menyandang gelar sarjana. Bagiku, ini adalah suatu perjalanan berat. Aku belum tahu tantangan apa saja yang akan aku temui kelak. Aku juga tidak bisa memastikan apakah aku mampu mempertahankan beasiswa yang menopang kuliahku. Tapi, bukankah itu suatu kehidupan, sebuah ruang waktu yang penuh dengan ketidakpastian.
Di semester dua ini, aku menemukan kost yang lebih dekat dengan sewa yang sama. Aku merasa nyaman dengan fasilitasnya. Kost itu hanya dihuni teman-temanku dari PGSD, sehingga rasanya seperti rumah sendiri. Aku tidak pernah merasa kesepian jika berada di dekat mereka. Hanya saja, hanya di semester dua ini aku berada di kost tersebut. semester tiga besok, aku memutuskan untuk tinggal di rumah sendiri. Meskipun jika ditempuh dengan sepeda motor butuh waktu setengah jam untuk sampai ke kampus, aku rasa tidaklah terlalu melelahkan. Aku melakukannya agar uangku tidak habis hanya untuk membayar kost, padahal rumahku sendiri cukup dekat dari kampus.
Ngomong-ngomong soal rumah, sebentar lagi mungkin aku tidak punya rumah. Seperti yang sudah kuceritakan, itu bukan milikku lagi. Lagi pula, rumahku yang berukuran SSS itu tidak punya kamar untuk kutempati. Karena itu, aku tinggal di rumah budheku yang ada di sebelah rumahku. Kamar yang tidak dibatasi dengan tembok, tapi cukup tempat untuk belajar. Meskipun begitu, aku masih bisa memandang halaman cukup luas di depan rumah tempat ayah membuat batu bata. Aku juga punya taman kecil di samping rumah yang aku pelihara sejak aku kecil. Aku merasa tenang berada di tempat itu. Entah sampai kapan taman itu dapat bertahan sebelum akhirnya akan hilang karena keadaan.
Pada semester ini, aku mulai bekerja sebagai guru les privat. Seorang kakak kelas membentuk sebuah lembaga bimbingan khusus untuk anak SD. Pengalaman dan uang tambahan yang menarik minatku. Memang tidak banyak uang yang diperoleh, akan tetapi pengalaman mengajar seperti ini akan sangat berharga untuk profesiku kelak. Dengan modal sepeda miniku, aku pergi ke rumah masing-masing anak tak peduli sore ataupun malam dan tak peduli panas ataupun hujan. Aku pikir karena lelah, mungkin nilaiku semester ini akan turun. Akan tetapi, itu tidak benar. Terlepas dari segala alasan, aku yakin Tuhan tetap menemaniku dimanapun aku berada. Aku harap, di semester tiga besok aku tetap mendapat kesempatan untuk bekerja dengan tetap mempertahankan dan mengembangkan kemampuanku. (aamiin)
Uang beasiswa semester ini turun di akhir semester. Aku menggunakannya untuk keperluan hidup, sehingga orang tua tidak lagi memberikan uang saku. Meskipun begitu, aku mengakui terkadang sifat egois dan kekanak-kanakanku muncul. Sejak kecil, konflik keluarga memang sering terjadi. Hanya pengertian dan kesabaran yang mampu menjadi perisai. Tahun ini, adikku masuk SMP, pastilah orang tua membutuhkan biaya tambahan. Aku menggunakan sedikit uangku untuk membayar uang seragam. Itu pasti tidaklah seberapa dibanding apa yang telah orang tua keluarkan untukku dahulu. Sebentar lagi, budhe juga akan punya hajat. Dan sebagai keponakan yang telah diasuh sedari kecil, sudah menjadi kewajiban jika memberikan sedikit bantuan. Aku sendiri berfikir, memang tindakan budhe kurang bijak mengingat kondisi keuangannya sendiri. Aku khawatir beliau akan terjebak dalam hutang seperti yang lain. Lagi-lagi aku merasa dunia orang dewasa begitu rumit.

No comments:

Post a Comment