Membentuk diri (bagian 1)
Perubahan
sikap, itu yang aku rasakan setelah satu semester menjalani kehidupan sebagai
seorang mahasiswa strata satu. Aku merasa bahagia dapat memenuhi janjiku untuk
menutup diri meskipun baru dalam lingkup universitas. Aku merasa Tuhan memiliki
tujuan lain memasukkanku ke jurusan PGSD. Di kampusku, sebagian besar mahasiswi
telah menutup diri mereka sehingga terlihat sangat indah dan pantas disebut
sebagai “calon guru”. Dalam perkuliahan, mahasiswi dilarang memakai celana
ataupun pakaian yang kurang sopan. Mengingat bagaimana penampilanku ketika
masih SMA, peraturan tersebut benar-benar akan merubahku. Aku harus mengganti
pakaianku dari celana jeans mnjadi rok panjang, mengganti kaos dengan baju
berkerah, dan mengganti sepatu ket dengan pantofel. Semua itu menjadikanku
seorang wanita seutuhnya.(^_^)
Meskipun
secara fisik aku telah berubah, menutup diri dengan pakaian muslimah, aku masih
memiliki karakter tomboi sebagai seorang wanita. Aku menyadari keadaan ini
tidaklah menguntungkan untuk peranan yang aku jalankan. Tetapi, keadaan
tersebut sedikit demi sedikit dapat diatasi dengan adanya kegiatan mentoring
wajib di semester awal. Aku melihat bagaimana seorang wanita seharusnya
bersikap. Aku melihat betapa anggunnya wanita-wanita yang berlaku lemah lembut.
Dari melihat tersebut, aku berusaha belajar dan memahami sisi lain dari diriku.
Jika diibaratkan, seperti singa berbulu kucing atau kucing berbulu singa,
apalah bedanya buatku karena keduanya bagian dari diriku. Aku hanya perlu
mengendalikannya dan menempatkannya dengan benar. Aku menyadari menjadi seorang
wanita seutuhnya dan seorang calon guru itu memang tidak mudah untuk orang awam
sepertiku.
Beasiswa
tahap pertama telah cair. Satu hal yang aku butuhkan, yaitu komputer, leptop,
netbook, notebook, atau sejenisnya. Aku harus segera memilikinya karena itu
salah satu kebutuhan utama seorang mahasiswa. Uang yang seharusnya untuk
kebutuhan sehari-hari habis dalam sehari. Kasihan juga kedua orang tuaku yang
masih harus membiayai kost dan lain-lain, meskipun biaya kuliah sepenuhnya
gratis. Aku ini orang yang mudah sekali memikirkan segala sesuatu secara
berlebihan. Karena itu, aku yang masih menjadi beban orang tua dan membuat
mereka selalu terjebak hutang sungguh hal yang harus aku sadari.
Semakin
dewasa, sepertinya pikiran akan semakin mudahdiliputi kecemasan. Hal itu
membuatku ingin lebih mengenal Tuhanku. Yang tadinya aku pemalas dalam
mempelajari agama, menjadi rajin dalam sebuah keingintahuan yang besar dalam
mencari makna hidup ini. Aku yakin Tuhan tak kan meninggalkan hamba yang ingin
dekat dengan-Nya. Aku seorang gadis yang dengan percaya diri menempuh satu jam
jalan kaki pulang pergi dari dan ke kampus. Tapi, aku juga gadis penakut yang
merasa dirinya lebih kecil di antara yang lain. Sepertinya aku punya kepribadian
yang berubah-ubah, atau aku sendiri yang belum memahmi sifatku sepenuhnya. Aku
kadang berfikir rasanya menjadi orang lain, apakah semua perasaan ini juga
dialami oleh mereka. Memang benar, sepertinya aku hanya gadis lugu yang baru
mengenal dunia ini.
No comments:
Post a Comment