A.
Konsep
Masalah
Pada dasarnya, masalah
merupakan ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan. Beberapa ahli
matematika mengatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab
atau direspon. Akan tetapi, tidak semua pertanyaan merupakan suatu masalah.
Suatu pertanyaan dapat menjadi masalah hanya jika pertanyaan tersebut
menunjukkan adanya tantangan yang yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu
prosedur rutin yang sudah diketahui penjawab. Suatu pertanyaan bisa hanya
menjadi pertanyaan biasa jika pertanyaan itu dapat dijawab dengan menggunakan
prosedur rutin. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Scoenfeld (1985) yaitu
bahwa definisi masalah selalu relatif bagi setiap individu. Suatu pertanyaan
disebut masalah tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki penjawab. Sebagai
contoh, dapat dilihat dari dua masalah berikut ini.
Contoh 1: Seorang
tukang parkir mengelola lahan parkir seluas 360 m2. Dia hanya
menampung kendaraan jenis bus dan mobil sedan. Luas rata-rata untuk jenis sedan
adalah 6 m2 dan untuk kendaraan bus 24 m2. Daerah parkir
itu tidak dapat menampung mobil dan bus melebihi 30 kendaraan. Jika biaya
parkir untuk mobil sedan Rp.3000,00 dan bus Rp.5000,00, berapa jumlah mobil
sedan dan bus yang harus ditampung agar penghasilannya maksimal?
Contoh 2: seorang tukang
parkir mengelola lahan parkir seluas 360 m2. Dia hanya menampung
kendaraan bermotor. Luas rata-rata untuk kendaraan bermotor adalah 2 m2.
Jika biaya parkir untuk kendaraan bermotor Rp.1000,00, berapa jumlah kendaraan
bermotor yang harus ditampung agar penghasilannya maksimal?
Dari dua contoh masalah
di atas, dapat terlihat perbedaan antara keduanya. Pertanyaan ke dua dapat
dijawab dengan menggunakan prosedur rutin yaitu pembagian, sedangkan pertanyaan
pertama memerlukan suatu pengetahuan khusus tentang aljabar, persamaan,
pertidaksamaan, serta program linear. Jadi, untuk orang yang baru menguasai
keterampilan dasar matematika seperti perkalian, pembagian, penjumlahan, serta
pengurangan, tentu contoh pertama tersebut merupakan suatu masalah. Sedangkan,
untuk anak yang baru belajar mengenal baca tulis, contoh ke dua pun dapat
menjadi suatu masalah baginya.
B.
Konsep
Penyelesaian Masalah
Menyelesaikan suatu
masalah merupakan suatu proses untuk menerima tantangan dalam menjawab masalah.
Memecahkan masalah berarti menemukan cara atau jalan mencapai tujuan atau
solusi yang tidak mudah menjadi nyata. Sedangkan menurut Poyla (dalam Hudoyo,
1979) definisi pemecahan masalah adalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari
suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai.
Poyla
mengelompokkan masalah dalam matematika menjadi dua kelompok, yaitu
1.
Masalah terkait dengan menemukan sesuatu
yang teoritis atau praktis, abstrak atau konkrit.
2.
Masalah terkait dengan membuktikan atau
menunjukkan bahwa suatu pernyataan itu benar atau salah atau tidak
kedua-duanya.
Troutman
(1982) menyatakan bahwa ada dua jenis pemecahan masalah matematika, yaitu
1.
Pemecahan masalah yang merupakan masalah
rutin.
2.
Masalah yang diberikan merupakan situasi
masalah yang tidak biasa dan tidak ada standar yang pasti untuk
menyelesaikannya.
C.
Langkah-Langkah
Penyelesaian Masalah
Ada empat tahap pokok atau penting dalam memecahkan
masalah yang sudah diterima luas, dan ini bersumber dari buku George Polya
tahun 1973 berjudul “How to Solve It”. Keempat langkah tersebut yaitu memahami
masalah, membuat rencana penyelesaian, melaksanakan rencana, dan melihat kembali.
Untuk dapat melakukan tahap 1 dengan baik,
maka perlu latihan untuk memahami masalah baik berupa soal cerita maupun soal
noncerita, terutama dalam hal:
1.
Apa saja pertanyaannya, dapatkah
pertanyaannya disederhanakan,
2.
Apa saja data yang dipunyai dari soal
atau masalah, pilih data-data yang relevan,
3.
Hubungan-hubungan apa dari data-data
yang ada.
Dengan mengetahui apa
yang diketahui dan ditanyakan, maka proses pemecahan masalah akan mempunyai
arah yang jelas.
b.
Merencanakan cara penyelesaian dari beberapa alternatif yang
mungkin
Untuk dapat melakukan tahap 2 dengan baik, maka
perlu keterampilan dan pemahaman tentang berbagai strategi pemecahan masalah yang
akan dibahas pada bagian selanjutnya.
Bila perlu, pemecah masalah dapat
melakukan langkah-langkah berikut.
1.
Mengumpulkan data atau informasi dengan
mengaitkan persyaratan yang ditentukan dengan analisis.
2.
Jika diperlukan, analisis informasi yang
diperoleh dengan menggunakan analogi masalah yang pernah diselesaikan.
3.
Apabila ternyata macet, perlu dibantu
melihat masalah tersebut dari sudut yang berbeda.
Jika hubungan
data dan yang ditanyakan sulit untuk dilihat secara langsung, maka dapat
menggunakan langkah berikut.
1.
Membuat sub masalah
2.
Cobalah mengenali sesuatu yang sudah
dikenali
3.
Cobalah untuk mengenali pola dengan
mencari keteraturan-keteraturan
4.
Gunakan analogi dari masalah tersebut
5.
Masukan sesuatu yang baru untuk membuat
hubungan antara data dengan hal yang tidak diketahui
6.
Buatlah kasus
7.
Mulailah dari akhir, yaitu dengan
menganalisis bagaimana cara mendapatkan tujuan yang hendak dicapai
c.
Melaksanakan rencana tadi dengan tepat, cermat dan benar
Untuk
dapat melakukan tahap 3 dengan baik, maka perlu dilatih mengenai:
1.
Keterampilan berhitung,
2.
Keterampilan memanipulasi aljabar,
3.
Membuat penjelasan (explanation)
dan argumentasi (reasoning).
d.
Melihat atau memeriksa kembali jawaban apakah sudah benar, lengkap, jelas
dan argumentatif (beralasan)
Setelah hasil penyelesaian diperoleh, perlu dilihat
dan dicek kembali untuk memastikan semua alternati tidak diabaikan. Siswa
seringkali terjebak pada tahap 3 saja, sering melupakan tahap 4 dan mengabaikan
tahap 1 dan tahap 2.
Untuk dapat melakukan tahap 4 dengan
baik, maka perlu latihan mengenai:
1). memeriksa penyelesaian atau jawaban
(mengetes atau mengujicoba jawaban),
2). memeriksa apakah jawaban yang
diperolah masuk akal,
3). memeriksa pekerjaan, adakah yang
perhitungan atau analisis yang salah,
4).
memeriksa pekerjaan, adakah yang kurang lengkap atau kurang jelas.
D.
Strategi
Penyelesaian Masalah
Untuk
membuat rencana penyelesaian masalah, kita harus mengenal terlebih dahulu
beberapa strategi pemecahan masalah matematika
agar pemecahan masalah dapat dilakukan secara lebih efektif dan
sistematis. Secara sederhana, strategi pemecahan masalah matematika dapat diartikan
sebagai suatu teknik penyelesaian soal-soal pemecahan matematika yang bersifat
praktis.
Untuk
dapat memilih strategi yang paling tepat dalam penyelesaian soal-soal pemecahan
masalah matematika, diperlukan hal-hal berikut:
·
Pemahaman yang baik tentang materi.
·
Kemampuan menghitung juga merupakan bagian yang
penting, karena hampir semua strategi pemecahan masalah matematika menuntut
keterampilan menghitung
Ada 11 strategi pemecahan matematika
(Reys, 1978), yaitu sebagai berikut.
1.
Strategi
Act It Out
Strategi
ini menuntut kita melihat apa yang ada dalam masalah dan membuat hubungan
antar komponen dalam masalah menjadi jelas melalui serangkaian aksi
fisik atau manipulasi objek.
Contoh: Ibu
membeli 12 buah apel, diberikan kepada adik 3 dan diberikan kepada ayah 2.
Berapa sisa apel yang dibawa ibu?
Dengan menggunakan serangkaian aksi
fisik yaitu dengan diperagakan, masalah akan lebih mudah dipahami.
2.
Membuat
gambar atau diagram
Strategi ini digunakan
untuk menyederhanakan masalah dan memperjelas hubungan yang ada.
Dalam pembuatan gambar tidak perlu secara detail, cukup menggambarkan yang
berhubungan dengan permasalahan.
Contoh: Sebuah kubus
memiliki rusuk a cm. Hitunglah panjang diagonal ruang kubus tersebut!
3.
Mencari
Pola
Strategi ini untuk
memudahkan memahami permasalahan. Dalam strategi ini, siswa diminta untuk membuat tabel dan kemudian menggunakannya untuk menemukan
polayang relevan dengan permasalahan yang ada.
Contoh:
Setiap bulan, gaji karyawan di sebuah perusahaan selalu naik Rp600,00. Jika
gaji mereka pada bulan Juli 1.560.000, berapa gaji karyawan pada akhir tahun?
Bulan
|
agust
|
Sept
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
n
|
tambahan
|
600
|
1200
|
1800
|
2400
|
3000
|
1.560.000
+ 3000
|
4.
Membuat
Tabel
Strategi ini membantu
mempermudah siswa untuk melihat pola dan memperjelas informasi yang hilang.
Strategi ini sangat membantu dalam mengklasifikasi dan menyusun
informasi atau data dalam jumlah besar.
Contoh:
Ani membeli 2 buku 1 penghapus, sedangkan Adi membeli 3 buku dan 2 penghapus.
Jika harga satu buku Rp2000,00 dan harga satu penggaris Rp1000,00, berapa
mereka harus membayar?
Barang
|
Ani
|
Adi
|
Harga
|
Biaya
|
Buku
|
2
|
1
|
2000
|
3
x 2000 = 6000
|
penggaris
|
3
|
2
|
1000
|
5
x 1000 = 5000
|
Total
|
11.000
|
5.
Menghitung
semua kemungkinan secara sistematis
Strategi ini sering
digunakan bersamaan dengan strategi “mencari pola” dan “membuat
tabel”, karena kadangkala tidak mungkin bagi kita untuk mengidentifikasi seluruh
kemungkinan himpunan penyelesaian.
Contoh:
Terdapat 6 orang anak yang saling berpasangan, ada berapa cara dalam menentukan
pasangan keenam anak tersebut?
Untuk menyelesaikan
masalah tersebut, kita dapat langsung mencari semua kemungkinan jawaban.
6.
Menebak
dan menguji
Strategi
ini didasarkan pada aspek-aspek yang relevan dengan permasalahan yang ada,
ditambah dengan pengetahuan dari pengalaman sebelumnya. Hasil tebakan harus
bisa diuji kebenarannya serta diikuti oleh sejumlah alasan yang logis.
Contoh: Pada gambar
segitiga siku-siku di bawah ini, tentukan panjang AC!
Segitiga siku-siku yang
salah satu sudutnya 60°. Memiliki perbandingan sisi-sisi yaitu , dengan berada di depan sudut 60°.
Namun demilian, tebakan tersebut tetap harus diuji kebenaran secara logis.
7.
Bekerja
mundur
Strategi
ini digunakan untuk menjawab permasalahan yang menyajikan kondisi (hasil) akhir
dan menanyakan sesuatu yang terjadi sebelumnya.
Contoh:
Mula-mula, Aldi berangkat dari kota A ke kota B ddengan kecepatan 50 km/jam,
setelah 35 menit, ia beristirahat selama 1 jam. Kemudian, Aldi melanjutkan perjalanan
dengan kecepatan 40 km/jam selama 20 menit dan sampai di kota B tepat pukul 5
sore. Pukul berapa Aldi berangkat dari kota A?
Pada
masalah di atas, yang ditanyakan adalah keadaan sebe;umnya yaitu waktu
keberangkatan. Untuk menyelesaikan masalah ini, kita menggunakan strategi
bekerja mundur dengan terlebih dahulu menghitung waktu perjalanan dan kemudian
mengurangkannya dengan waktu saat tiba di kota B.
8.
Mengidentifikasi
informasi yang diinginkan, diberikan, dan diperlukan
Strategi ini membantu
kita menyortir informasi dan memberi mereka pengalaman dalam merumuskan
pertanyaan.
Contoh: Tentukan faktor
prima dari 60!
Untuk menjawab
permasalahan di atas, terlebih dahulu kita harus menentukan permasalahan yang
akan dijawab yaitu faktor prima dari 60. Selanjutnya, kita akan menggunakan
informasi faktor-faktor dari 60 untuk menentukan faktor mana yang termasuk
bilangan prima.
9.
Menulis
kalimat terbuka
Hal
ini kita melihat hubungan antara informasi yang diberikan dan yang dicari.
Untuk menyederhanakan
permasalahan, kita dapat menggunakan variabel sebagai pengganti kalimat dalam
soal.
Contoh:
Tika lebih tua dari Abi. Selisih umur Tika dan umur Abi sekarang 5 tahun, 4
tahun lagi jumlah umur mereka 53 tahun. Berapa umur Abi sekarang?
Misalkan
umur Tika x dan umur Abi y, maka
Jumlah
umur mereka 4 tahun lagi 53, maka
Kemudian, jika
disubstitusikan menjadi
Jadi, umur Abi sekarang 20 tahun.
10.
Menyelesaikan
masalah yang lebih sederhana atau serupa
Suatu masalah yang
rumit dapat diselesaikan dengan cara menyelesaikan masalah yang
serupa tetapi lebih sederhana.
Contoh:
lantai suatu kelas terbuat dari keramik dengan ukuran 20 x 20 cm. Jika luas
lantai 50 m2, berapa keramik yang dibutuhkan untuk membuat lantai
tersebut?
Untuk menghitung
keramik satu per satu pasti sangat sulit. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan
soal di atas, kita hanya membagi luas lantai dengan luas satu keramik.
11.
Mengubah
pandangan
Masalah
yang dihadapi perlu didefinisikan dengan cara yang sama sekali berbeda.
Contoh:
Untuk persamaan -2, jika x1 dan x2 merupakan
akar-akarnya, tentukan !
Masalah
di atas tidak akan mudah diselesaikan dengan mencari akar pada umumnya.
Pandangan ini dapat diubah dengan menggunakan sifat-sifat akar persamaan
kuadrat.
-2
a
= -2
b = 5
c = 6
maka,
= dan =
= =
=
=
-3
Sehingga,
a.
=
= – 2. -3
= – (-6)
=
E.
Contoh
Penyelesaian Masalah
1.
Ani membeli 2 buah pensil dan 3 penghapus dengan harga Rp 2.400,00. Budi membeli 3
buahpensil dan sebuah penghapus dengan harga Rp 2.200,00. Berapakah harga sebuah pensil dan 2
penghapus?
Penyelesaian
Misalkan:
Harga 1 buah pensil = x
Harga 1 buah penghapus = y
Sehingga kalimat matematika dari soal
tersebut adalah:
.........................persamaan 1
.........................persamaan 2
Kemudian kita selesaikan kalimat
matematika tersebut dengan cara menyelesaikan SPLDV
| |
|
|
Subtitusikan ke persamaan 1
Jadi, Harga 1 buah pensil = Rp 600,00 dan
harga sebuah penghapus = Rp400,00
2.
Luas daerah parkir 1.760 m2. Luas rata –
rata untuk mobil kecil 4 m2 dan mobil besar 20 m2.
Daya tampung maksimum hanya 200 kendaraan, biaya parkir mobil kecil Rp.
1.000,00/jam dan mobil besar Rp. 2.000,00/jam. Jika dalam satu jam terisi penuh
dan tidak ada kendaraan yang pergi dan datang, maka hasil maksimum tempat
parkir itu adalah ….
Persamaan
garis fungsi pembatas :
x + 5y =
440..........titik potong sb-x (440,0), titik potong sb-y (0,88)
x + y =
200............titik potong sb-x (200,0), titik potong sb-y (0,200)
titik potong
kedua garis :
x + 5y = 440
x + y =
200 -
4y = 240
y = 80
x + y = 200
x + 80 = 200
x = 120
jadi titik
potong kedua garis (120,80)
titik potong
sb-x pilih yg lebih kecil yaitu (200,0) dan titik potong sb-y pilih (0,88)
Uji titik
pojok :
fungsi
obyektif : f(x,y) = 1000x + 2000y
(200,0)..........f(200,0)
= 1000 . 200 + 0 = 200.000
(0.88)...........f(0,88)
= 0 + 2000 . 88 = 176.000
(120,80).......f(120,80)
= 1000 . 120 + 2000 . 80 = 280.000
Jadi hasil
maksimum tempat parkir adalah Rp. 280.000,00
3.
Seorang pembuat paku membuat jenis paku dari bahan yang
tersedia yaitu 5,5 kg A dan 2 kg bahan B. Paku jenis I tiap buah memerlukan 200
gram bahan A dan 75 gram bahan B sedangkan paku jenis II tiap buah memerlukan
150 gram bahan jenis A dan 50 gram bahan jenis B. Jika pengusaha menjual paku I
dengan harga Rp 500,00 dan paku II dengan harga Rp 350,00 maka hitunglah berapa
buah paku I dan paku II yang harus dibuat agar penghasilan pengusaha maksimum?
Jawab :
·
Mengubah bentuk verbal menjadi model matematika
dari soal diatas
Misalkan : Paku jenis I = x dan
Paku jenis II = y
Misalkan : Paku jenis I = x dan
Paku jenis II = y
·
Tabel
Barang
|
Bahan A
|
Bahan B
|
Paku jenis I
|
200 gram
|
75 gram
|
Paku jenis II
|
150 gram
|
50 gram
|
Jumlah
|
5.500 gram
|
2.000 gram
|
·
Berdasarkan table sebelumnya didapat persamaan
sebagai berikut :
200x + 150y ≤
5.500
75x + 50y ≤ 2.000
x ≥ 0
y ≥ 0
Sedangkan fungsi objektifnya adalah z = 500x + 350y
Kita sederhanakan dulu persamaan diatas
200x + 150y ≤ 5.500 4x + 3y ≤ 110
75x + 50y ≤ 2.000 3x + 2y ≤ 80
x ≥ 0
y ≥ 0
75x + 50y ≤ 2.000
x ≥ 0
y ≥ 0
Sedangkan fungsi objektifnya adalah z = 500x + 350y
Kita sederhanakan dulu persamaan diatas
200x + 150y ≤ 5.500 4x + 3y ≤ 110
75x + 50y ≤ 2.000 3x + 2y ≤ 80
x ≥ 0
y ≥ 0
·
Mencari daerah penyelesaian untuk system
pertidaksamaan di atas
Titik potong garis
4x + 3y = 110 dan 3x + 2y = 80 adalah
4x + 3y = 110 x2
8x + 6y = 220
3x + 2y = 80 x3 9x + 6y = 240
– x = -20
x = 20
3x + 2y = 80 x3 9x + 6y = 240
– x = -20
x = 20
untuk x = 20
3x + 2y = 80 3.20 + 2y = 80
2y = 80 – 60
y = = 10 maka titik potong (20,10)
·
Daerah himpunan penyelesaian adalah OABC,
sedangkan titik –titik
optimumnya adalah O(0,0), A(80/3,0), B(20,10), dan C(0,110/3)
optimumnya adalah O(0,0), A(80/3,0), B(20,10), dan C(0,110/3)
Nilai fungsi
obyeknya adalah :
Untuk O(0,0) z = 500.0 + 350.0 = 0
UntukA(80/3,0) z = 500.80/3 + 350.0 = 13.000
UntukB(20,10) z = 500.20 + 350.10 = 13.500
UntukC(0,110/30 z = 500.0 + 350.110/3 = 12.000
Untuk O(0,0) z = 500.0 + 350.0 = 0
UntukA(80/3,0) z = 500.80/3 + 350.0 = 13.000
UntukB(20,10) z = 500.20 + 350.10 = 13.500
UntukC(0,110/30 z = 500.0 + 350.110/3 = 12.000
Jadi
agar mendapat penghasilan maksimum yaitu Rp 13.500,00 maka
pengusaha harus membuat 20 buah paku I dan 10 buah paku II.
pengusaha harus membuat 20 buah paku I dan 10 buah paku II.
dari: berbagai sumber
No comments:
Post a Comment