Friday, July 11, 2014

Contoh Naskah Drama Anak "Semut yang Baik Hati"

SEMUT YANG BAIK HATI
Pemain             :
Guru sebagai narator, 1 anak sebagai Nenek, 2 anak sebagai Umi dan Siti (cucu Nenek), 1 anak sebagai Pak Bedu (pemilik warung), 1 anak sebagai Serigala, 1 anak sebagai semut (Piko), 6 anak sebagai semut (teman-teman Piko).
Seting Tempat :
Rumah Nenek, Warung Pak Bedu, dan Hutan
 


Narator               : “Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh hutan, hiduplah seorang  nenek dan 2 cucunya yang bernama Umi dan Siti. Setiap hari, Nenek, Umi, dan Siti mencari kayu bakar ke dalam hutan. Tetapi pada suatu hari, Nenek pergi ke dalam hutan sendirian karena Umi sedang sakit dan Siti harus menemani Umi.”
(Tirai panggung dibuka. Umi dan Siti memasuki panggung dengan seting rumah yang redup diiringi suara jangkrik.)
Umi                    : “Sudah hampir malam, Nenek kok belum pulang juga.”
Siti                      : “Apa Nenek mendapat banyak kayu di hutan sampai seharian belum pulang?” (Umi dan Siti mondar-mandir dengan wajah cemas)
Narator               : “Umi dan Siti kemudian memutuskan untuk terus menunggu Nenek di depan rumah hingga mereka pun tertidur sampai keesokan harinya.”
(Umi dan Siti tertidur. Suasana panggung kemudian diubah dari redup menjadi terang, diiringi suara kicauan burung.)
Umi                    : “Sudah pagi. Aku sampai ketiduran.”
Siti                      : “Apa Nenek sudah kembali?”
(Umi keluar panggung seolah mencari Nenek di dalam rumah. Kemudian masuk kembali dengan wajah yang semakin cemas.)
Umi                    : “Nenek belum pulang. Apa Nenek baik-baik saja? Kemana kita harus mencari Nenek?
Siti                      : “Ya Tuhan, lindungi nenekku!”
(Heening sejenak.)
Narator               : “Umi kemudian ingat dengan Pak Bedu, pemilik warung yang biasanya membeli kayu bakar dari Nenek, Umi, dan Siti. Pak Bedu sangat mengenal Nenek dan cucunya sehingga Umi ingin bertanya pada Pak Bedu.” (tirai panggung ditutup)
(Tirai panggung dibuka kembali. Seting berubah menjadi warung dan Pak Bedu sudah berada di panggung. Umi dan Siti memasuki panggung diiringi suara ayam berkokok.)
Pak Bedu           : (berbicara sendiri sambil mengipas-ngipas dagangannya) “Semoga dagangan hari ini laris! Sayur, Bu! Sayur…tahu…tempe…ikan asin semua ada.”
Umi dan Siti       : “Selamat pagi, Pak Bedu!”
Pak Bedu           : “Selamat pagi! Eh, Nak Umi, Nak Siti, mau beli apa?”
Umi                    : “Maaf, Pak! Kami sedang tidak ingin membeli.” (menunjukkan wajah sedih)
Pak Bedu           : “Ada apa, Nak? Kok kalian kelihatan sedih?”
Siti                      : “Nenek kami, Pak!”
Pak Bedu           : “Lho, ada apa dengan Nenek kalian?”
Umi                    : “Nenek kemarin pagi mencari kayu bakar sendirian dan sampai sekarang belum pulang. Apa Nenek kesini menjual kayu bakar sama Bapak?” (menunjukkan wajah khawatir)
Pak Bedu           : “Waduh, Nak! Apa benar? Nenek kalian tidak kesini sejak 3 hari yang lalu.”
Siti                      : “Kira-kira Nenek kemana ya, Pak?”
(Suasana hening sejenak. Pak Bedu merasa kasihan dengan Umi dan Siti.)
Narator               : “Dengan perasaan sedih Umi dan Siti memutuskan untuk mencari Nenek di hutan. Mereka pun berpamitan dengan Pak Bedu.”
Umi                    : “Pak, Umi dan Siti mau mencari Nenek di hutan. Mungkin Nenek tersesat ketika mencari kayu bakar.”
Pak Bedu           : “Iya, Nak. Kalian harus hati-hati di hutan. Jika hari sudah mulai malam, kalian harus segera pulang agar tidak bertemu Serigala yang jahat.”
Siti                      : “Aku belum pernah bertemu dengan Serigala, Pak.”
Pak Bedu           : “Tentu saja, Serigala selalu muncul pada malam hari.”
Umi                      : “Baik, Pak. Umi dan Siti pamit dulu. Mari, Pak!”
Pak Bedu           : “Iya Nak, hati-hati! Semoga nenek kalian baik-baik saja.” (tirai panggung ditutup)
(Tirai panggung dibuka. Seting berubah menjadi hutan dengan suasana cerah diiringi suara kicauan burung.)
Narator               : “Umi dan Siti akhirnya sampai di hutan untuk mencari Nenek. Mereka berjalan masuk ke dalam hutan sambil memanggil-manggil Nenek. Tak terasa, hari sudah siang dan matahari sangat terik”
(Umi dan Siti memasuki panggung.)
Umi dan Siti       : “Nenek… Nenek… nenek dimana?”
Umi                    : “Nenek kemana ya, Siti?”
Siti                      : “Aku tidak tahu, Kak Umi. Daritadi kita mencari tapi belum ketemu-ketemu juga.” (sambil mengusap keringat di kepala)
Umi                    : “Sabar ya, Siti. Kita istirahat di bawah pohon ini dulu. Nanti kita cari Nenek lagi.”
Siti                      : “Padahal kita kan biasanya mencari kayu di sini, Kak Umi.”
Umi                    : “Kamu benar, Siti.”
(Suasana hening sejenak. Kemudian, Piko memasuki panggung dengan wajah yang kelelahan.)
Narator               : “Ketika Umi dan Siti sedang beristirahat di bawah pohon, datanglah seekor semut hitam. Semut tersebut terlihat sedang membawa benda yang sangat berat. Umi dan Siti yang melihat semut tersebut merasa kasihan dan berniat menolongnya.”
Umi                    : “Hai, Semut! Aku Umi dan ini adikku, Siti.”
Piko                    : “Hai, aku Piko si semut hitam. Apa yang kalian lakukan di sini?”
Siti                      : “Kami sedang mencari nenek kami. Nenek belum pulang dari kemarin saat mencari kayu bakar.”
Piko                    : “Wah, kalian sangat berani mencari nenek kalian sampai ke sini.”
Umi                    : “Piko, apa yang kamu bawa itu?” (sambil menunjuk benda yang dibawa semut)
Piko                    : “Aku sedang membawa persediaan makanan untuk disimpan di sarangku.”
Umi                    : “Mengapa banyak sekali? Sepertinya kamu sulit membawanya.”
Siti                      : “Boleh kami bantu, Piko?”
Piko                    : “Ini untuk teman-temanku juga. Terima kasih Umi, terima kasih Siti, kalian boleh membantu. Sarangku tidak jauh dari sini.” (Umi dan Siti membawakan makanan Piko kemudian berjalan keluar panggung)
(Tirai ditutup.)
Narator                : “Setelah Umi dan Siti selesai membantu Piko, mereka memutuskan untuk mencari Nenek kembali. Umi dan Siti terus berjalan menelusuri hutan hingga tanpa disadari, hari sudah menjelang malam.”
(Tirai dibuka, seting tetap di hutan dengan suasana redup diiringi suara sayup jangkrik yang menandakan hari sudah mulai malam.)
Siti                      : “Kak, hari sudah mau malam. Bagaimana ini?”
Umi                    : “Kita cari tempat istirahat dulu. Besok kita cari Nenek lagi.”
Siti                      : “Kata Pak Bedu, kalau malam ada Serigala kan, Kak? Apa kita bisa pulang?”
Umi                    : “Kita tidak bisa pulang malam ini, Siti. Desa kita masih jauh dari sini. Siti pasti lelah dan kakak juga. Kita istirahat saja di situ. Semoga Serigala tidak melihat kita.” (menunjuk sebuah pohon yang besar)
Siti                      : “Iya, Kak.”
(Umi dan Siti menuju sebuah pohon dan tidur di bawahnya. Selang beberapa saat, Piko memasuki panggung.)
Narator               : “Umi dan Siti beristirahat dan akhirnya tertidur di bawah pohon besar. Beberapa saat kemudian, Piko tidak sengaja lewat di dekat pohon tersebut dan melihat mereka tertidur lelap.”
Piko                    : (berbicara sendiri) “Itu kan Umi dan Siti. Mengapa mereka istirahat di sana? Bagaimana kalau Serigala melihatnya? Aku harus menolong mereka.”
(Piko mendekati Umi dan Siti.)
Piko                    : “Bangun Umi, bangun Siti, mengapa kalian tidur di sini?”
Umi                    : (Umi dan Siti bangun dari tidur) “Eh Piko, Ada apa?”
Piko                    : “Apa kalian menemukan Nenek? Mengapa kalian tidur di sini?”
Siti                      : “Tidak, Piko. Kami belum bertemu Nenek. Kami ingin tidur di sini malam ini. Besok kami mencari lagi.”
Piko                    : “Serigala bisa melihat kalian di sini. Kalian bisa dimakan olehnya. Kalau kalian mau, kalian bisa tidur di dekat sarangku. Di sana lebih aman.”
Umi                    : “Benarkah, Piko?”
Piko                    : “Iya, sarangku ada di atas pohon besar. Serigala tidak bisa menangkap kalian jika ada di atas pohon.”
Siti                      : “Ayo Kak, kita ikut Piko saja! Aku takut di sini.”
Umi                    : “Baiklah, kami mau. Terima kasih ya, Piko!”
Piko                    : “Sama-sama. Kalian juga sudah menolongku tadi siang. Teman-temanku akan membantumu mencari Nenek besok. Ayo, ikuti aku!”
(Umi, Siti, dan Piko keluar panggung. Selang beberapa saat, Serigala masuk.)
Narator               : “Setelah Umi dan Siti pergi ke sarang Piko, Serigala pun muncul. Serigala yang sedang lapar ingin segera mendapatkan makanan.”
Serigala              : “Saatnya jalan-jalan….!!!”
                              (sambil mengendus) “Hmm….sepertinya aku mencium bau manusia.”
                              (sambil memegang perut) “Perutku jadi lapar sekali. Mereka pasti tidak jauh dari sini. Aku harus mencari mereka. Mereka pasti akan jadi santapan lezat.”
(Serigala meninggalkan panggung dan tirai pun ditutup. Seting diganti dengan pohon-pohon. Pohon tersebut dibuat seolah-olah bisa dijadikan tempat tidur untuk Umi, Siti, dan Piko.)
Narator               : “Serigala yang pandai mencium mangsanya, akhirnya dapat menemukan Umi, Siti, dan Piko yang tertidur di atas pohon.”
(Tirai dibuka. Umi, Siti, dan Piko sudah berada di panggung. Beberapa saat kemudian, Serigala masuk.)
Serigala              : (berbicara sendiri dengan suara pelan) “Itu mereka makan malamku. Tapi, mereka di atas pohon. Bagaimana aku menangkap mereka ya?”
(Serigala mondar-mandir di dekat sarang Piko sambil berfikir.)
Serigala              : “Aha…aku akan menunggu mereka di bawah sini sampai mereka turun. Ketika mereka turun, aku akan langsung menangkapnya. Ha…ha…ha…” (tertawa jahat)
(Serigala duduk menunggu dan pelan-pelan tertidur.)
Narator               : “Serigala akhirnya menunggu Umi dan Siti turun dari atas pohon. Karena terlalu lama, Serigala pun tertidur sampai pagi. Piko yang bangun lebih awal kaget melihat Serigala sudah berada di dekat sarangnya.”
(Suasana berubah dari redup menjadi cerah diiringi suara kicauan burung.)
Piko                    : (berbicara sendiri dengan suara pelan) “Wah, ada Serigala! Dia pasti menunggu Umi dan Siti untuk turun. Aku harus segera mengusirnya dari sarangku.” (mengambil terompet)
Narator               : “Piko kemudian mengambil terompet untuk memanggil teman-temannya. Piko percaya, jika mereka bersama-sama pasti bisa mengusir Serigala sehingga ia tidak bisa berbuat jahat.”
(Piko meniup terompet dan 6 semut hitam teman Piko masuk panggung dengan berjalan pelan-pelan.)
Teman Piko        : “Ada apa, Piko?”
Piko                    : “Ssst, lihat di sana! Ada Serigala jahat yang ingin memangsa teman kita, Umi dan Siti. Kita harus mengusirnya dari sini.”
Teman Piko        : “Ayo…ayo…ayo…!!! Tapi, bagaimana caranya?”
Piko                    : “Aku punya ide, teman-teman! Ayo kita gigiti kulit Serigala itu biar kesakitan dan pergi.”
Teman Piko        : “Setuju…setuju…setuju…!!!”
(Piko dan teman-temannya turun dan mencubiti Serigala)
Piko                    : “Aduh, aduh, sakit! Hei, kalian semut-semut pergilah! Aduh-aduh!” (merasa kesakitan dan keluar panggung)
Narator               : “Serigala yang kesakitan karena digigiti semut-semut hitam akhirnya pergi meninggalkan Umi dan Siti. Karena suasana yang berisik, Umi dan Siti pun terbangun dari tidurnya.”
Umi                    : (dengan wajah yang masih mengantuk) “Apa yang terjadi, Piko?”
Siti                      : (dengan wajah yang masih mengantuk) “Tadi ada yang teriak ya?”
Piko                    : “Benar, Siti. Tadi aku dan teman-temanku baru saja mengusir Serigala dari sini. Ia mau menangkap kalian. Kami menggigitnya hingga kesakitan.”
Siti                      : “Wah, kalian hebat!” (dengan ekspresi senang)
Umi                    : “Terima kasih, Piko! Kamu teman yang baik. Terima kasih juga untuk kalian ya teman-teman!”
Siti                      : “Terima kasih, Piko! Terima kasih, teman-teman Piko!”
Teman Piko        : “Sama-sama!” (tersenyum)
Piko                    : “Sama-sama, Umi! Sama-sama, Siti! Kalian setelah ini mau pergi kemana?”
Umi dan Siti       : (terlihat murung) “Kami tidak tahu.”
(Suasana hening sejenak. Nenek dari belakang panggung memanggil-manggil nama Umi dan Siti hingga akhirnya masuk panggung.)
Nenek                 : “Umi, Siti, kalian ada di sini, Nak? Akhirnya, Nenek menemukan kalian.”
Umi dan Siti       : “Nenek! Nenek kemana saja?” (menyambut dan memeluk Nenek)
Nenek                 : “Maafin Nenek, Nenek kemarin tersesat di hutan sehingga tidak bisa pulang. Nenek ditolong oleh semut hitam dan katanya cucu Nenek juga mencari Nenek di sini.”
Umi                    : “Iya, Nek. Kemarin kami mencari Nenek seharian.”
Nenek                 : “Terima kasih ya, semut-semut hitam! Kalian sangat baik hati mau menolong kami. Kami pamit pulang dulu ya.”
Semua semut      : “Sama-sama, Nek! Hati-hati di jalan.”
Nenek                 : “Ayo, Umi, Siti, kita pulang.”
Narator               : “Akhirnya Umi dan Siti dapat bertemu dengan neneknya berkat bantuan dari semut-semut hitam.”

(Nenek, Umi, dan Siti berjalan keluar panggung. Tirai ditutup. Semua pemain berbaris dan memberi salam ketika tirai dibuka kembali.)

No comments:

Post a Comment