Thursday, July 3, 2014

Hubungan Timbal Balik Keluarga-Sekolah dalam Pembentukan Watak

Keluarga dan sekolah merupakan sistem dan lembaga sosial yang berperan penting dalam membentuk moral seorang anak. Keluarga menjadi tempat pertama dalam menanamkan dan membentuk karakter dasar anak. Sedangkan sekolah menjadi tempat kedua bagi anak untuk mengembangkan kepribadian yang lebih luas. Baik keluarga maupun sekolah memiliki tujuan yang sama dalam hal mempersiapkan anak untuk dapat menjalankan tugas dan perannya dalam kehidupan bermasyarakat untuk saat ini dan masa depannya nanti. Oleh karena itu, keluarga dan sekolah harus memiliki hubungan timbal balik yang positif dalam mendukung perkembangan moral anak.
            Keluarga dan sekolah harus berjalan beriringan dalam menjalankan fungsinya membentuk moral anak. Meskipun memiliki tujuan yang sama, keduanya mempunyai spesifikasi dan cara yang berbeda dalam menginternalisasikan sikap dan nilai yang diharapkan.  Keluarga memfokuskan perannya dalam menanamkan landasan moral yang kokoh serta nilai-nilai dasar kemanusiaan sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan di luar keluarga. Nilai-nilai tersebut ditanamkan melalui bentuk sosialisasi yang bersifat afektif (kasih sayang) dan intensif (terus-menerus). Di lain pihak, sekolah memfokuskan perannya dalam mengembangkan moral (watak dan karakter) yang telah terbentuk sebelumnya dari keluarga. Proses sosialisasi di sekolah lebih bersifat edukatif dan memiliki waktu yang relatif singkat jika dibandingkan dengan keluarga. Melalui sekolah, anak akan belajar menerapkan karakternya di dalam situasi-situasi yang lebih kompleks. Di sekolah anak akan bersosialisasi langsung dengan lingkungan di luar keluarga sehingga ia akan mendapatkan banyak pengalaman untuk membentuk kepribadian yang lebih matang menuju kedewasaan.
            Selain berjalan beriringan, keluarga dan sekolah juga perlu bersinergi dengan menjalin kerjasama yang aktif untuk memantau perkembangan anak. Keluarga dan sekolah harus memiliki pandangan yang sama tentang nilai moral yang diharapkan. Oleh karena itu, sekolah perlu mengetahui setiap karakteristik anak didik dan pola sosialisasi keluarga yang menyertainya sebagai langkah awal untuk membangun hubungan yang baik. Keluarga dan sekolah harus memiliki keterbukaan dalam mengungkapkan berbagai informasi khususnya yang berkaitan dengan pembentukan karakter anak. Keluarga dan sekolah harus sama-sama memiliki komitmen yang tinggi untuk memperbaiki karakter negatif serta mengembangkan karakter positif yang dimiliki anak. Ketika anak memasuki lingkungan sekolah, bukan berarti tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan moral anak sudah hilang. Keluarga merupakan pilar utama dalam menjaga dan mengarahkan tingkah laku anak agar tetap sesuai dengan nilai-nilai moral yang baik.

Refleksi Diri
            Dalam membentuk moral saya, keluarga dan sekolah selama ini memiliki hubungan timbal balik yang positif. Keluarga menjalankan perannya dalam menanamkan karakter dasar yang sesuai dengan nilai dan norma yang dijunjung keluarga. Karakter tersebut terus diperbaiki dan diawasi bersamaan dengan pengembangan karakter yang dilakukan sekolah. Sekolah saya baik TK, SD, SMP, SMA, maupun perguruan tinggi merupakan institusi pendidikan yang telah menjalankan kewajibannya dalam membentuk dan mengembangkan watak dan karakter positif yang berguna bagi saya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, keluarga saya menanamkan sifat jujur, disiplin, dan tekun dalam hidup saya. Kemudian saya dapat menerapkan sifat tersebut di sekolah untuk mencapai prestasi yang tinggi. Dan sampai saat ini sifat tersebut telah melekat menjadi prinsip hidup yang mempengaruhi kinerja saya dalam melakukan berbagai pekerjaan.

            Akan tetapi, dalam hubungan keluarga dan sekolah saya, belum tampak adanya kerjasama yang aktif dalam mengembangkan moral saya. Keluarga dan sekolah masih berjalan sendiri-sendiri sesuai dengan fungsi yang menjadi tanggung jawabnya. Sehingga, keluarga kurang memahami pola pendidikan di sekolah dan sekolah kurang mengetahui pola sosialisasi di keluarga saya. Akibatnya, pengawasan dan pengendalian terhadap masuknya karakter yang tidak sesuai masih sangat kurang. Tidak dipungkiri, berbagai karakter yang negatif masuk dalam kehidupan saya melalui lingkungan masyarakat yang beraneka ragam. Baik keluarga maupun sekolah tidak mengetahui masuknya pengaruh negatif tersebut. Satu-satunya yang mampu menghambat hal tersebut adalah dengan prinsip hidup yang kuat. Prinsip yang kuat sebagian besar terbentuk dari keluarga dan sekolah dari kecil hingga saat ini. 

No comments:

Post a Comment